bad love, bad intention

104 27 14
                                    

Lagu untuk chapter ini : wrong direction - Hailey Steinfield

Aku dicintai dengan sebuah niat dan perasaan palsu. Untuk sesaat aku merasa gadis itu memang hanya menginginkanku. Aku hampir saja percaya seutuhnya. Tapi takdir sekali lagi memperingatkanku untuk 'jangan terlalu banyak berharap'

▫️▫️▫️

"Kita harus selesaikan konflik yang terjadi" Katanya sambil mengambil birku, dan menuangkan ke gelasnya. Aku memperhatikan Reagan yang duduk di sampingku dengan wajah nggak berdosa, seolah nggak ada yang terjadi atau konflik di antara kami bukan sesuatu yang serius.
Aku memutar mata, mendengus kesal ketika Reagan menyalakan rokok di depan mataku. Kuambil paksa rokok itu dari tangannya, mematikan apinya dalam sekali remas, mengabaikan rasa perih dan terbakar pada tanganku.

"Shit! Ada apa denganmu, Scott?" Reagan mengumpat padaku, namun memutuskan memasukkan kotak rokoknya ke saku celananya.

"Aku benci asap rokok." Jawabku datar. "Katakan saja apa yang mau kau katakan. Selagi aku berbaik hati mau meluangkan waktu."

"Band kita harus kembali tampil" Kata Reagan dengan tegas, lebih seperti sebuah perintah bagiku.

"Aku nggak mau." Tukasku.

"David.."

"Bagaimana bisa sebuah band bermain di atas panggung sementara anggotanya saling berkhianat satu sama lain?" Sindirku seraya mengangkat alis. Mataku menatap datar mata hijau gelap milik Reagan, membuatnya mengernyitkan dahi padaku.

"Bersikaplah dewasa. Kau harus bisa membedakan mana urusan pribadi dan pekerjaan." Jawab Reagan dengan tenang, meskipun aku dapat dengan jelas melihat raut wajah kesal yang coba dia sembunyikan dariku.

"Pihak ROD dan bar lainnya terus menghubungiku. Mereka bilang kamu nggak mengangkat telepon mereka sama sekali." Lanjutnya ketika aku nggak memberi respon, sibuk memainkan gelas birku.

"Who cares? Aku yang membentuk band itu. Aku bisa memutus kontrak dengan kalian berdua dan tampil sebagai solo jika aku mau."

Reagan yang terkejut langsung meletakkan gelas bir di atas meja dengan kasar. Membuat suara dentingan gelas kaca yang bertubrukan dengan meja bar. "Kamu nggak bisa bersikap seenaknya!" Nada bicaranya mulai meninggi.

Aku tersenyum kecut. "Aku berani bertaruh kamu datang kesini dan berusaha menyelesaikan konflik di antara kita hanya karena kamu masih menggantungkan hidup pada band kita. Begitu pula Kristi. Mengaku saja, benar kan? Aku nggak butuh teman-teman munafik seperti kalian. Aku bisa tampil sendiri. Beritahu mereka yang menghubungimu kalau kamu dan Kristi sudah hengkang dari band."

Aku berdiri, membanting gelas dengan kasar di atas meja, merogoh dompetku dan melemparkan sejumlah uang tunai ke wajah Leo yang sedari tadi memperhatikanku dan Reagan berbicara.

"Lain kali jaga sikapmu atau aku akan menghajarmu." Aku memperingatkan Leo.

"Dasar laki-laki brengsek!"

Tiba-tiba seseorang menarik kerah jaketku dan menghantam wajahku dengan keras ketika aku menoleh. Aku mengusap dengan kasar ujung bibirku yang berdarah dan langsung membalas pukulannya sampai pria itu jatuh terjerembab, menabrak kursi-kursi yang ada di belakangnya. Ya, Reagan, sahabatku sendiri yang melakukannya.

"Aku nggak ingin menyakitimu karena masih menganggapmu sahabatku. Tapi jika kau memancing kemarahanku, aku nggak segan melakukan hal buruk padamu!" Aku menatap sahabatku dengan tajam, memperingatkannya agar berhenti memancing masalah, lalu memutar tubuhku meninggalkannya. Beberapa pengunjung bar, termasuk Leo, membantunya berdiri.

Love, Hate, Future, and PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang