Lagu untuk chapter ini : wherever you are - kodaline
... One thing she never failed to do is, she always make me feel up and down like a roler coaster. With no effort, with no intention, but everytime i hear her voice and her sad story, there i'll be. As a savior, as a place where she can run away from the painful truth.
****
SANDRA'S POV
"Menunggu pertolongan, huh?"
Sebuah tangan besar terulur ke arahku. Aku lantas mendongakkan kepala menatap si pemilik tangan, David James Scott. Seperti biasa, dengan rambut berantakan, sorot mata sayu, tatapan datar khasnya. Dia mengenakan hoodie berwarna biru dongker yang seketika mengingatkanku pada sosok frat boy di film-film barat.
Aku segera mengusap air mata di wajahku, mencoba merubah ekspresi menjadi senetral mungkin.
"David, kau datang? Kukira kau akan mengabaikanku." Kataku sambil meraih uluran tangannya. David memutar tubuh dan aku mengikutinya, naik ke atas motor sport yang selalu dia bawa kemanapun.
"Aku ingin mengabaikanmu. Sungguh. Kau beruntung hati nuraniku masih berfungsi." Jawabnya sambil memberikan helm padaku.
Aku hanya memberinya senyum lemah dan mengenakan helm yang dia berikan. Entah kenapa aku sedikit berekspektasi dia akan membantuku memasang helm seperti di drama-drama romantis, tapi tentu saja, David membiarkanku memasangnya sendiri.
Sadarlah Sandra! Jangan berekspektasi terlalu tinggi!
"Aku akan mengantarmu pulang" katanya.
"Nggak. Jangan" sahutku. Pria itupun langsung memberiku tatapan heran dengan satu alis terangkat.
"Aku nggak bisa.... Please, jangan bawa aku pulang. Setidaknya untuk beberapa jam kedepan."
David mendengus, seolah tahu alasan kenapa aku menghindari apartemenku sendiri.
"Kalau begitu temani aku minum."
"Apa? David aku-"
"Temani aku minum atau kau akan kubiarkan disini. Aku tahu aku hanya pelarianmu, Sandra. Setidaknya berkompromilah sedikit untukku." Jawabnya cepat. Mata biru keabuannya menatapku lekat, seolah mengintimidasi. Aku terdiam seketika, nggak membantah pernyataannya.
Aku mengakuinya bahwa pernyataan David ada benarnya.... Seketika aku merasa bersalah.
David pun membawaku ke bar tempat kami bertemu pertama kalinya. Sepertinya tempat ini sudah menjadi tempat favoritnya. Seketika, bau asap vapor dan alkohol menyeruak masuk dalam indra penciumanku.
Bertahanlah Sandra... Ini jauh lebih baik daripada harus berhadapan dengan Jason.
***
DAVID'S POV
"Hei, Scott! Akhirnya kau menampakkan batang hidungmu lagi!kemana saja kau?" Leo menyapaku dengan wajah sumringah, seketika mengalihkan tatapannya pada Sandra yang berdiri di belakangku dengan canggung.
"Siapa gadis cantik ini? Ini pertama kalinya kau membawa wanita lain selain Kris-"
"Sebut namanya atau kau akan babak belur disini" sahutku dengan tatapan tajam yang mengarah padanya. Pria itupun mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Mulut Leo memang seperti kran bocor. Tapi dia bartender yang baik dan cukup loyal. Minuman racikannya selalu berhasil memuaskanku.
"Minuman apa yang kau mau malam ini?" Tanya Leo sambil menyiapkan gelas untukku.
Aku berpikir sejenak, kemudian menyadari bahwa Sandra melirik ke arahku. Matanya seolah memberi peringatan David jangan bilang kau akan mabuk ketika membawaku kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Hate, Future, and Past
RomanceTrauma dan luka membentuk kepribadiannya menjadi emosional, kasar, dan tertutup. Tapi bagaimanapun, David tetaplah manusia dengan hati. Seorang gadis lugu yang menjadi korban hubungan abusive, mampu mengobrak-abrik hatinya yang terus berusaha menya...