Back to England?

43 14 37
                                    

Lagu untuk chapter ini : older - shasa sloan

... Aku berpikir mengapa kehidupan terus membawaku pada kejutan demi kejutan dan serentetan kejadian yang nggak berhenti membuatku frustasi. Berada satu meja dengan ayahku setelah delapan tahun berlalu nggak pernah ada dalam benakku.

****

"Kau mengacaukan hariku." Aku membuang muka, dan ayah duduk di hadapanku sembari menuangkan wiskey yang kupesan ke gelasnya. Ini sudah gelas ketiga, namun ayahku masih kuat untuk bertahan. Nggak sepertiku.

Ketika aku melihatnya datang, seketika keinginanku untuk minum menghilang. Yang kuinginkan hanyalah seseorang datang dan menarikku pergi dari sini. Atau lebih baik jika aku berakhir di penjara selama beberapa bulan karena merusak kendaraan orang lain daripada harus duduk satu meja bersama ayah meskipun itu hanya limabelas menit!

"Kau tidak ingin minum? Kenapa memesan whiskey?"

"Aku kehilangan selera"

"David, sudah delapan tahun sejak terakhir kali kita bertemu. Bersenang-senanglah dengan ayahmu."

"Kau pernah mencoba membunuhku, ingat?"

Ayah lantas tertawa terbahak-bahak, membuatku merasa ingin muntah. "Tentu saja aku ingat! Tapi sekarang aku sudah nggak menginginkannya lagi. Ayahmu sudah bangkrut."

"Karma yang cukup baik untukmu."

"Kau benar" ayah mengayunkan jari telunjuknya padaku.

"Bagaimana kau bisa bebas?"

"Keberuntungan, tentu saja. Aku bersikap baik, bertemu dengan seorang pengacara yang sangat cantik, kami jatuh cinta, dan dia membuatku bisa bebas bersyarat."

"Wanita itu bodoh sudah jatuh cinta denganmu." jawabku sarkas.

"Aku sudah berubah, nak. Bertahun-tahun di penjara dan rehabilitasi membuatku jenuh. Semua hartaku disita untuk membayar ganti rugi, jadi apa yang bisa kulakukan?"

"Itu nggak sebanding dengan apa yang kau lakukan dengan keluargamu sendiri."

Trak!

Ayah meletakkan gelas whiskeynya di atas meja.

"Itulah sebabnya, aku menghubungi ibumu agar diizinkan menemuimu. Langsung saja ke intinya. Aku ingin membawamu kembali ke Inggris. Kau akan tinggal bersamaku dan Marry."

"Hell, no!" aku menggebrak meja, "kau pikir aku sudi tinggal bersamamu setelah apa yang kau lakukan?!"

Ayah hanya mengendikkan bahu dengan santai. "Ibumu sudah menikah lagi. Jadi tanggungjawabnya selesai."

"Apa maksudmu?"

Ayah berkedip beberapa kali, seperti menyadari bahwa dia mengucapkan sesuatu yang nggak seharusnya.

"Memangnya kau mau tinggal bersama pria yang bukan ayahmu? Pria itu sepertinya kolot dan nggak cocok bergaul bersamamu." Ayah tertawa kecil, mengalihkan pandangannya dariku.

"It's better than live with a scum like you!"

"You called me a scum? Kau mungkin lupa bahwa darahku mengalir dalam tubuhmu. Jadi kau sama sepertiku." Ayah memberiku senyum penuh kemenangan. Pria ini samasekali nggak berubah!

Love, Hate, Future, and PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang