rumah baru

78 24 18
                                    

Lagu untuk chapter ini : mystery of love - sufjan stevens

Dia selalu bahagia karena hal-hal kecil yang diterimanya. Setiap kali melihatnya, aku merasa iba. Iba karena... Bagaimana mungkin, gadis sepolos dan sebaik dia bisa jatuh dalam sebuah hubungan yang menyedihkan?

***

Gadis itu menundukkan kepalanya dan bergumam, "Dia menyeretku dengan paksa ke dalam mobil dan memukulku ketika aku menolak permintaannya untuk kembali bersama"

Aku mendesah kasar, heran dengan nasib gadis ini. Apa yang dia lakukan sehingga harus menerima perlakuan seperti itu?

***

"Dan kau diam saja?!" Tanyaku.

"Apa yang bisa kulakukan? Tenaganya jauh lebih kuat dariku!"

"Tapi sekarang kau disini.  Bagaimana caramu lari darinya?"

"Aku melompat keluar dari mobil, berlari secepat yang kubisa dan bersembunyi di sini. Lututku sakit, sepertinya sedikit terkilir. Tanganku juga sakit" Jawabnya dengan senyum lemah. Bisa-bisanya dia tersenyum!

"Bersembunyi di sebuah minimarket dengan kaca transparan? Sebuah pilihan cerdas." Aku memutar mata.

"Aku memohon pada pegawai minimarket supaya diizinkan sembunyi di toilet." Gadis itu lantas tertawa gugup.

"Gadis gila." Gumamku.

Sandra nggak menanggapiku. Hening.

"Kau sudah makan malam?" Tanyaku. Entah mengapa aku peduli. Aku hanya merasa iba. Ya... Pasti karena iba.

Sandra mengangguk, kemudian beralih memijit kakinya. Tak berselang lama, aku mendengar suara perutnya meronta. Gadis itu lalu memegangi perutnya sambil berbisik "sial! Diamlah!"

"Kamu nggak perlu berpura-pura sudah makan hanya untuk terlihat kuat." Gumamku. Sandra hanya menatapku sejenak, lalu perhatiannya kembali pada kaki dan tangannya.

"Ini. Makan saja." Kataku sambil menyodorkan cup mie yang baru saja kubeli.

"Bukannya kau lapar juga?"

"Sepertinya perutmu jauh lebih membutuhkannya." Jawabku datar.

Gadis itu menarik cup mie yang kuberikan, memandanginya sejenak.

"Makanlah. Mie itu nggak akan habis jika kau hanya memandanginya seperti itu."

"Bagaimana kalau kita makan bersama? Belilah sesuatu. Aku nggak enak kalau harus makan sendirian."

"Aku nggak lapar." Jawabku. Tak terima dengan jawabanku, perutku pun ikut menyuarakan protesnya.

Sandra terkekeh "Kamu nggak perlu berpura-pura sudah makan hanya untuk terlihat kuat." Katanya menirukan kata-kataku.

Aku nggak membalasnya, hanya mendengus kesal karena dia seolah sedang menertawakanku.

"Sudahlah, beli sesuatu. Kita makan bersama." Gadis itu melemparkan senyum hangat padaku. Aku mendengus, lalu berdiri dan masuk kembali ke minimarket. Memesan satu cup mie lagi dan sebotol air putih, dan sebatang coklat untuk Sandra.

Love, Hate, Future, and PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang