Hello again, Sandra

46 13 30
                                    

Lagu untuk chapter ini :  Damage - H.E.R

I promised Lucia to move on and love somebody else. Aku benar-benar nggak menyangka akan membuat janji seperti itu. Entah apakah aku bisa. Beberapa jam setelah bertemu dengannya, aku merasa jauh lebih baik. Untuk sejenak aku melupakan kebenaran pahit tentang keberadaanku dalam keluarga. Namun begitu aku menginjakkan kaki di bandara, semua rasa sedih, kecewa, dan marah itu kembali. Kesendirian memang membuat manusia lebih rapuh. Aku benci mengakuinya, tapi nyatanya, aku juga membutuhkan seseorang untuk bersandar.

****

5 Desember 2019, 18.30

Aku berada di pesawat tujuan Inggris ke Indonesia, menunggu untuk lepas landas. Marry mengantarku ke Heathrow Airport di London. Dia menemaniku sampai selesai mencetak tiket dan masuk di boarding room tanpa ayah. Ya, tanpa ayah. Dia sepertinya nggak rela mengorbankan waktunya meskipun hanya sebentar untuk mengantarku. Bahkan nggak ada kata sampai jumpa atau selamat tinggal darinya. He seems like don't really care about whatever i do. Well, i know he never really want me. That's why he didn't even bother to say goodbye. Ini akan menjadi perjalanan yang sangat panjang sekaligus membosankan.

Aku mulai memutar otak, memikirkan tentang apa yang harus kulakukan dan dimana aku akan tinggal setelah tiba di Indonesia. Tapi sepertinya sistem dalam otakku nggak mampu menemukan jawaban yang tepat.

I am now jobless, homeless with no one to trust.

Pikiranku justru tertuju pada Lucia dan Sandra.

Sampai detik ini, jujur aku belum bisa melupakan rasa bersalahku pada Lucia. Aku masih merindukannya dan berharap bisa menghabiskan waktu sedikit lebih lama dengannya. But i can't. I should leave England or it will hurt me more. Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah berusaha menepati janjiku padanya. Meskipun aku sendiri ragu apakah aku bisa.

Satu-satunya orang yang terlintas ketika mengingat janjiku pada Lucia adalah Sandra. Dari jutaan perempuan yang ada di Indonesia, hanya dia yang ada di pikiranku. Meskipun sebenarnya, ada Kristi yang jelas masih memiliki hati untukku. Tapi karena pengkhianatan itu, aku merasa gadis itu nggak layak untuk kesempatan kedua. Aku benci pengkhianatan, dan aku yakin nggak ada satu orang pun di bumi yang ingin dikhianati.

Bicara soal Sandra, gadis itu memang sudah menarik perhatianku sejak awal karena kenaifannya.
Seorang gadis patah hati yang secara random masuk ke dalam bar dengan pakaian longgar, berusaha kabur dari kekasihnya sendiri yang abusive. Dengan mulutnya sendiri dia mengakhiri hubungannya dengan Jason, namun berulang kali memberi kesempatan pada pria toxic itu. Di sisi lain, dia memberiku perhatian seperti menanyakan keberadaanku, memberiku sebuah buku untuk menjadi 'teman bicara', bahkan dia berusaha untuk mendamaikanku dengan Hadi dan... Hana.

Ah, berat rasanya menyebutnya sebagai ibu saat aku sudah tahu kebenarannya.

Siapkah aku menemui mereka lagi? Apa yang akan kukatakan pada Sandra? Apakah gadis itu kembali pada Jason setelah kepergianku selama belasan hari tanpa kabar?

Apa dia menanyakan keberadaanku? Apa dia masih peduli sekalipun aku nggak ada bersamanya?

Haruskah aku menemuinya setibanya di Indonesia? Entahlah. Terlalu banyak pertanyaan yang nggak sanggup kujawab. Aku masih merasa ragu untuk mempercayai Sandra seutuhnya. Bahkan percaya pada diri sendiri saja aku nggak sanggup.

Trust issue. Itulah yang kualami sekarang.

Aku memandang keluar jendela pesawat, memandangi langit Inggris yang sudah nampak gelap dihiasi dengan gemerlap lampu dari bangunan-bangunan yang ada. Mereka terlihat kecil dari atas sini.  Pikiranku berkelana, memikirkan yang tidak-tidak. Reaksi Hadi dan Hana, masa depanku, dimana aku akan tinggal, dan hidupku yang kacau.

Love, Hate, Future, and PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang