she.

56 20 22
                                    

lagu untuk chapter ini : Sweet creature - Harry Styles

Dan sejak hari itu, dia terus muncul dalam pikiran dan dalam hari-hariku. Aku mulai bertanya, siapa yang akan memenangkan taruhan ini?

***

Semua yang kulihat hanyalah warna hitam. Aku mendengar suara bel kereta api yang perlahan menghilang dari indra pendengaranku, suara orang-orang yang bekerumun, namun ada satu suara yang begitu keras, suara itu terasa begitu dekat

You're son of a b*tch, David.

David, you're not supposed to be here. Go to hell son of b*tch. You're such a burden for me.
(David, kau tidak seharusnya disini. Pergilah ke neraka kau anak sialan. Kau hanyalah beban untukku)

.
.

"David, sadar! Buka matamu! Jangan lakukan ini!"

Suara itu bergema di telingaku, semakin lama semakin keras, bayangan hitam yang kulihat semakin memudar. Samar-samar aku melihat banyak orang mengerumuniku, dan terik sinar matahari menusuk penglihatanku ketika aku menengadah ke atas.

Mengapa kau biarkan aku hidup?

Aku sudah lelah!

"Apa kau sudah gila? Berlari ke tengah rel kereta api? Apa yang kau pikirkan?!" Seorang pria dengan hoodie hitam dan suara berat berbicara di depanku sambil menggoyangkan bahuku. Pria itu kemudian menggiringku ke trotoar, berkata pada gadis yang berdiri di sampingnya untuk berlari ke toko terdekat untuk membeli minuman. Mataku berkunang-kunang, butuh beberapa menit untuk menyadari siapa orang yang menolongku.

Orang-orang di sekelilingku terus berkata, "Nak, sadarlah. Jangan lakukan itu" , "hidupmu masih panjang", "Bunuh diri nggak akan menyelesaikan masalahmu!"

Aku menutup telinga rapat-rapat dengan kedua tanganku, kupejamkan mataku, mencoba mengusir kebisingan dan suara-suara yang menyerangku sampai kudengar suara pria yang menolongku meminta orang-orang itu untuk pergi.

"Saya kenal dia. Saya akan pastikan dia baik-baik saja. Terimakasih sudah membantu"

Perlahan kudengar orang-orang itu mulai menjauh. Dan ketika aku membuka mata, sosok Sandra sedang berlutut di depanku dengan sebotol air putih dan coklat bar. Dia memberiku senyum lemah sekaligus khawatir. Aku menatapnya dengan kosong, lalu beralih pada pria yang berdiri di sampingnya. Bibirku menggumamkan sebuah pertanyaan, "Why?"

"Apa kau sudah tidak waras?! Jangan pernah berpikir seperti itu lagi!" Semprot pria itu. Sandra langsung berdiri dan memukul bahunya.

"Dewa, berbicaralah sedikit lebih halus padanya! He needs our help."

Gadis itu kembali berlutut padaku dan menyodorkan botol minum serta coklat bar itu padaku. "Minum dan makanlah. Aku nggak akan pergi sampai kau menghabiskannya."

Aku tersenyum kecut melihat coklat bar itu, "Coklat?"

"Kumohon jangan lakukan hal seperti itu lagi. Kau harus hidup. Suasana hatimu harus membaik." Jawab gadis itu dengan nada ketus. Berbanding terbalik dengan wajahnya yang memancarkan kekhawatiran.

Aku mengambil minuman dan coklat itu dari tangannya, dan memutuskan menuruti kata-katanya. Entah kenapa, pikiranku seperti tersihir melihat wajahnya. Wajah innocent itu.

Love, Hate, Future, and PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang