goodbye kiss.

52 13 39
                                    

Lagu untuk chapter ini : love you goodbye - one direction

Terkadang ada beberapa orang, kejadian, atau pemberian yang membuatmu sulit lupa akan perasaan tertentu. Semakin lama kau memendamnya, semakin perasaan itu menyakitimu. Aku sadar bahwa satu-satunya cara untuk menyembuhkan diri dari perasaan macam itu adalah mengakhirinya. I'm trying to deal with my heartbreak, just to make sure i can life a little bit happier. I have so much burden in my chest and they make me feel dying inside.

****

DAVID'S POV

Aku menatap kosong tiket pesawat ke Bali yang diletakkan ibuku di atas meja kamar sambil memainkannya dengan ujung jariku. Sudah kukatakan bahwa aku enggan untuk datang. Aku mengatakan bahwa aku akan datang hanya untuk menggertak Hadi dan Ibu agar berhenti melibatkan Sandra, tapi nyatanya, mereka nggak mendengarkanku.

Aku mengacak rambutku asal, menyesali kejadian yang terjadi belakangan ini. Mulai dari menolong Sandra soal apartemen itu, sampai pada mulutku yang nggak terkendali ketika mabuk.

Aku memang nggak bisa mengingat seutuhnya apa saja yang kukatakan pada gadis itu, tapi aku yakin salah satu diantaranya adalah soal aku peduli padanya. Mulutku sendiri membuatku malu, dan Sandra menggunakannya untuk menemuiku di apartemen Reagan kemarin lusa.

Mungkin aku sudah terlalu kasar padanya. Gadis itu nggak tahu apapun. Termasuk hubungan ibu dengan Hadi. Haruskah aku menghubunginya dan minta maaf?

Ah, nggak.

Mungkin aku hanya perlu memastikan bahwa ibu dan Hadi nggak mengatakan apapun tentangku, apalagi soal apartemen itu. Bagaimanapun dia tetap bersalah karena terlalu ikut campur urusan keluargaku, dan aku nggak menyukainya.

Lama berkutat dengan kebimbangan dan tiket pesawat itu, aku akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar membawa buku pemberian Sandra ke teras rumah. Aku duduk bersandar pada tembok dan mulai menulis.

Ya, menulis semua yang kurasakan.

Aku benci mengakuinya tapi buku ini cukup membantu. Aku mulai meningalkan binder lama yang biasa kuisi dengan coretan-coretan abstrak  yang kutulis dengan asal dan beralih pada buku ini.

Gadis itu telah memberiku hadiah yang cukup berarti.

Banyak hal yang memenuhi benakku saat itu, dan sejujurnya itu membuatku nggak bisa berpikir jernih. Salah satunya adalah kata-kata Reagan soal Kristi yang akhir-akhir ini sangat mengusikku.

Dia telah menyelesaikan sidangnya dan aku terlambat mengetahui soal kabar bahagia itu. Aku menimbang-nimbang sejenak, apakah aku harus menemuinya dan mengucapkan selamat atau pura-pura nggak peduli.

Sejujurnya, aku enggan. Mengingat dia bermain api di belakangku bersama Reagan. Tapi di sisi lain aku merasa nggak adil padanya karena aku menerima ajakan Reagan dan memulai komunikasi lagi dengannya tapi mengabaikan Kristi, gadis yang menemaniku sejak pertama kali kepindahanku kesini.

Dia telah mengukir banyak kenangan dalam hidupku, dan sebagian besar adalah kenangan indah. Sebelum akhirnya pengkhiatan itu terbongkar.

Bagaimanapun, dia pernah mengisi hidupku. Meskipun pada akhirnya kami berakhir dengan tidak baik.

My feelings for her is between love and hate, respect and disappointed, because she throw me down the moment i started to fall for her...

Kuraih ponselku, berselancar di internet mencari apa yang bisa kuberikan untuknya. I'm not a gift person, and i never give anything to anybody because i never really care. but this time, i force myself to -at least- give her something.

Love, Hate, Future, and PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang