Lagu untuk chapter ini : natural - zayn, trampolin - shaed feat zayn
Part ini lagunya bang zayn semua 😂 soalnya aku ngerasa vibesnya cocok aja sama ceritanya.
Selamat membaca~
****
if i'm on fire, how am i so deep in love?. Aku ingat kutipan sebuah lagu yang pernah kunyanyikan di Ride or Die waktu itu. Ketika bersamanya, seperti itulah yang kurasakan. Aku terbakar dalam emosi dan amarah akan hidupku sendiri, tapi ketika bersamanya, satu-satunya hal yang kurasakan hanyalah.....
Sial. Bahkan menuliskannya saja aku nggak sanggup. Benarkah ini yang kurasakan?***
SANDRA'S POV
00.35 dini hari. Aku terbangun, merasa begitu gelisah dan nggak bisa tidur dengan nyenyak.
Aku berada di kamar David sekarang.. menatap kosong langit-langit, menghirup aroma mint yang memenuhi kamarnya. Ya, aroma tubuh David. Aku menarik nafas dalam-dalam, sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar dan menengok ke halaman belakang. Apakah dia masih disana?
Ya, dia masih di sana. Mengenakan jeans hitam dan hoodie biru dongker yang dipakainya saat menjemputku tadi. Artinya, sejak tadi David nggak beranjak dari sana.
Dengan langkah kecil, aku memberanikan diri mendekati David yang sedang duduk ditemani sebotol liquor yang hanya menyisakan seperempat isinya dan.... Buku yang kuberikan untuknya. Buku itu terbuka, menampilkan coretan tangan David. Ketika aku duduk di sampingnya, dia langsung mengambil buku itu dengan cepat dan menutupnya.
"Mau apa kau?" tanya David dengan suara parau. Wajahnya memerah, begitu juga pipinya yang sudah seperti tomat rebus. I think he's about to wasted.
"David, kau gila? Minum liquor sebanyak itu?" Tanyaku sambil melirik botol liquor yang berada di antara kami.
David hanya terkekeh, mengabaikan pertanyaanku dan menatap kosong ke depan. Aku mengambil botol liquor itu dan menjauhkannya dari kami agar David berhenti meminumnya. Dia hanya melirik sekilas, namun nggak peduli dengan apa yang kulakukan. Kurasa dia sudah terlalu mabuk untuk protes.
"Kenapa kau tidak tidur?" Tanya pria itu.
"I was sleeping. But i wake up.", Jawabku. "Aku mengkhawatirkanmu."
"Omong kosong" sahutnya cepat.
"Aku serius. Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Kenapa kau ingin tahu?"
"Manusia butuh teman untuk bicara. Terutama saat dia berada dalam masa-masa sulit. Bukankah kau juga begitu?"
"Besok adalah hari pernikahan ibu.. aku hanya sedang overthinking." Jawabnya. Aku memperhatikan bahasa tubuh David. Dia duduk dengan merangkul lututnya. Matanya menatap kosong ke depan, tangannya mencengkram kuat kedua lengannya saat mengucapkan kata-kata itu yang mana artinya dia benar-benar memikirkan soal pernikahan itu.
"Apa yang kau pikirkan soal itu?"
"Aku takut bagaimana kelanjutan hidupku setelahnya. Aku memikirkan sebuah apartemen baru untuk ditinggali."
"Jadi kau ingin memisahkan diri?"
David hanya mengangguk tanpa menyebutkan alasannya. Aku memutuskan untuk nggak menggali lebih dalam.. ada beberapa hal yang sebaiknya nggak kupaksakan untuk mencari tahu. Karena hal itu pasti akan melukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Hate, Future, and Past
RomanceTrauma dan luka membentuk kepribadiannya menjadi emosional, kasar, dan tertutup. Tapi bagaimanapun, David tetaplah manusia dengan hati. Seorang gadis lugu yang menjadi korban hubungan abusive, mampu mengobrak-abrik hatinya yang terus berusaha menya...