Lagu untuk chapter ini : picture of you - loving caliber
Minggu, 24 November 2019
Aku bergegas menuju tempat pemeriksaan, menyerahkan barang-barangku untuk diperiksa oleh petugas.
Setelah antrian yang cukup panjang, setengah jam kemudian, aku masuk ke dalam boarding room dan bersiap untuk keberangkatan pesawat ke Bali. Ini pertama kalinya aku ke bandara, pertama kalinya pula aku naik pesawat, jadi aku merasa sedikit gugup. Di tas slempang kecil yang kubawa, aku mempersiapkan banyak obat dan kantung plastik untuk mengantisipasi kemungkinan mabuk di pesawat.
Suasana bandara sangat ramai. Maklum saja, ini akhir pekan. Aku bahkan hampir nggak mendapat tempat duduk di boarding room. Sambil menunggu, aku memeriksa ponsel, barangkali ada sebuah pesan dari orang yang kuharapkan untuk muncul hari ini, David.
Nihil.
Pesan yang masuk justru berasal dari Jason.
*Aku minta maaf lamaran itu nggak berjalan dengan baik. Bisa kita bicara?*
Tanpa pikir panjang, aku menghapus pesan itu dan memblokir nomor Jason. Kali ini aku benar-benar harus mengakhiri hubungan tanpa kompromi. Aku nggak mungkin membiarkan diriku jatuh di lubang yang sama untuk kesekian kalinya. Apapun resikonya, aku harus siap. Bahkan termasuk jika aku harus berjuang dan beradu mulut dengan Jason di apartemenku sepulang dari Bali.
Aku bangun pukul lima pagi hari ini dan segera bersiap menuju bandara. David masih tertidur pulas di sampingku ketika aku bangun. Jadi hampir tidak mungkin dia akan muncul di Bali baik saat pemberkatan maupun resepsi.
Yah... Nyatanya aku memang gagal meyakinkan pria itu untuk berdamai dan datang di pernikahan ibunya yang kedua. Dia terlalu keras kepala untuk diyakinkan, atau mungkin aku yang memang sama sekali nggak bisa memahami sejarah panjang keluarga David.
Hmm, lagipula, jika David muncul hari ini, aku nggak yakin akan siap menghadapinya, terutama karena kejadian semalam ketika kami--
Ah sudahlah.
Toh dia mabuk saat itu. Mana mungkin dia mengingatnya?
Bagaimana jika dia ingat? Apa yang akan kau lakukan, Sandra?
Hati kecilku berteriak, mencoba menyuarakan kemungkinan bahwa David mengingatnya, namun aku menepisnya. Setidaknya aku punya waktu dua hari di Bali untuk menetralkan perasaanku dari kejadian itu.
****
Setelah masuk ke dalam pesawat, aku memeriksa kembali tiketku untuk memastikan posisi dudukku.
Aku duduk di samping seorang gadis yang kira-kira berusia akhir duapuluhan. Dia menggunakan setelah blouse merah marun dan aroma parfumnya begitu tajam. Aku menghela nafas dan duduk di sampingnya. Gadis itu melemparkan senyuman padaku, dan aku meresponnya dengan senyum kecil. Seharusnya aku membawa masker untuk mengantisipasi kejadian seperti ini. Aku benci bau parfum yang setajam ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Hate, Future, and Past
RomanceTrauma dan luka membentuk kepribadiannya menjadi emosional, kasar, dan tertutup. Tapi bagaimanapun, David tetaplah manusia dengan hati. Seorang gadis lugu yang menjadi korban hubungan abusive, mampu mengobrak-abrik hatinya yang terus berusaha menya...