Lagu untuk chapter ini : 85% - Loote, Gnash
PRAK!!!
David melempar ponsel dan headphonenya dengan asal sehingga aku mau nggak mau memungut kedua barang itu dari lantai dan meletakkannya di atas meja.
"David, berhenti melempar barang-barangmu! Kau bisa menghadapinya dengan kepala dingin, bukan? Kendalikan dirimu!"
"Bagaimana aku harus mengendalikan diriku Sandra?! Aku bergumul dengan diriku sendiri untuk datang kesini dan lihat apa yang terjadi? Ayahku ada disana, merayumu, kecelakaan mobil, kantor polisi, dan ibuku yang tiba-tiba saja bilang bahwa mereka sudah berdamai! Bagian mana dari serentetan kejadian itu yang menurutmu nggak membuatku emosi?" Pria itu mengibaskan tangannya di udara dengan asal dan menatapku dengan nyalang.
"Semuanya memburuk ketika kau menggunakan emosimu, jadi berhenti marah dan berpikirlah dengan jernih!" akupun meninggikan suara padanya dan David seketika memalingkan wajah dariku. Dia duduk di ujung ranjang dan memijit kepalanya frustasi.
Aku ikut duduk di sampingnya dan membiarkan suasana hening sejenak sebelum akhirnya kembali membuka suara. Aku ingin kami bicara dengan kepala dingin.
"Kalau kau mau, beritahu aku, ada apa dengan ayahmu sampai kau semarah itu begitu melihatnya?"
"Dia mengacaukan hidupku."
"Okay... Kau nggak perlu memberitahukan semuanya sekarang. Aku nggak akan memaksamu. Istirahatlah." aku memberinya senyum kecil.
"Dia seharusnya ada di penjara sekarang. I don't know how he could be here."
"Apa yang dia lakukan?"
"Berusaha mengakhiri hidupku demi uang asuransi tapi gagal, penipuan partner bisnis, dia membuat rumah tangganya sendiri seperti di neraka."
"But he seems nice to me. Don't you think he has changed after those years in jail?"
David langsung melempar tatapan tajam padaku. "Kau sama sekali nggak mengenalnya. Aku jauh lebih mengenal ayahku sendiri daripada kau yang hanya bicara beberapa menit dengannya." sindirnya.
Aku hanya diam, entah harus memberi tanggapan seperti apa. Meskipun ayah David telah melakukan banyak hal buruk di masa lalu, bukankah dia tetap orangtuanya? Hubungan darah nggak bisa diputus begitu saja. Ya, namun lagi-lagi, aku memutuskan diam karena aku nggak ingin sesumbar. Aku nggak tahu bagaimana rasanya hidup dalam keluarga seperti itu, dan jika aku ada di posisinya, mungkin aku belum tentu sekuat David.
Aku tahu nggak akan mudah, tapi sejujurnya aku ingin David bisa berdamai dengan dirinya sendiri, masa lalunya, dan keluarganya. Dia nggak bisa terus hidup seperti ini atau dia akan hancur.
Menyimpan rasa sakit hati jelas nggak memberi keuntungan apapun untuk seseorang. Itu hanya akan menjadi bom waktu sampai akhirnya dia meledak dan menghancurkan semuanya. Insiden hari ini hanyalah sebagian kecil dari dampak yabg lebih buruk yang bisa saja terjadi jika David terus menyimpan amarahnya.
Hanya melihat ayahnya saja dia bisa kacau seperti itu.... Bayangkan jika mereka harus duduk satu meja dan bicara.
Mendadak kepalaku terasa pening. Ini bukan urusanku, namun entah kenapa aku justru berpikir keras bagaimana caranya mendamaikan David dengan keluarganya. Lancangkah aku jika ingin berbuat demikian? Masuk dalam urusan keluarga orang lain hanya karena aku peduli pada satu orang...?
"Do you want to take a walk tonight? Bali has a lot of beautiful places isn't it?" kuberanikan diri bertanya, namun David justru membaringkan tubuhnya dan berpaling dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Hate, Future, and Past
عاطفيةTrauma dan luka membentuk kepribadiannya menjadi emosional, kasar, dan tertutup. Tapi bagaimanapun, David tetaplah manusia dengan hati. Seorang gadis lugu yang menjadi korban hubungan abusive, mampu mengobrak-abrik hatinya yang terus berusaha menya...