a messed family dinner (2)

45 16 22
                                    

lagu untuk chapter ini : drunk - zayn malik

SANDRA'S POV

Pak Hadi dan ibu David menggiringku masuk kembali ke dalam rumah. Kami memulai makan malam tanpa David. Suasana begitu tegang dan canggung. Nggak ada satupun dari kami yang bicara. Ibu david, Tante Hana hanya sesekali melempar senyum penuh penyesalan padaku. Sementara Pak Hadi dengan tenang mengambil makanannya.

"Aku minta maaf atas sikap David, Sandra" Tante Hana membuka pembicaraan ditengah makan malam kami. Aku menghela nafas lega, setidaknya ada sepatah dua patah kata yang diucapkan.

"Tidak apa-apa. Saya berusaha memakluminya."

"Kau tidak perlu bicara seformal itu. Santai saja." Jawabnya.

"Aku juga minta maaf karena menyembunyikan fakta darimu sehingga membuat kemarahan David tertuju padamu juga. Seharusnya sejak awal aku memberitahu bahwa kau bekerja dengan calon ayah tirinya." Tante Hana melirik sekilas pada calon suaminya yang sibuk dengan makanannya itu.

"Kita juga harus minta maaf pada David, Hana." Jawabnya.

"Dia tidak pernah mendengarkanku." Tante Hana menjawab dengan enggan sembari memotong steaknya.

"Kau ibunya. Setidaknya cobalah untuk memperbaiki komunikasi di antara kalian. Aku tidak ingin pernikahan kita justru semakin memperburuk keadaannya."

Tante Hana mengeluh pelan. Dia nampak berpikir dalam. Aku hanya memperhatikan kedua pasangan itu dari sudut mataku sesekali. Berpura-pura sibuk dengan makananku agar nggak terlihat canggung. Tante Hana jelas terlihat nggak nyaman dengan percakapan ini.

Aku baru tahu, ternyata seperti inilah kehidupan keluarga yang dijalani David. Seperti ada yang salah dengan ibunya. Pernikahan kedua sang ibu sepertinya juga melukainya sampai-sampai sikap David menjadi begitu kasar pada ibunya. Ini hanya sebagian kecil yang kutahu.

Entah apa yang terjadi dengan ayah kandungnya. Yang jelas, melihat bagaimana David begitu menutup rapat soal keluarganya, sedikit menjelaskan situasi sebenarnya. Aku merasa iba padanya. Hanya saja hati pria itu terlalu keras untuk dilembutkan.

Dia pasti sudah melewati banyak hal.

"Ngomong-ngomong... Selamat untuk pernikahan kalian berdua. Aku turut bahagia." Aku memberanikan diri membuka pembicaraan. Tante Hana tersenyum padaku dan berterimakasih. Begitu juga Pak Hadi.

"Aku rasa aku bisa mencoba bicara pada David soal ini. Kuharap dia nggak terus menerus salah paham pada kalian."

"Itu akan sulit, nak. David bukanlah orang yang mudah untuk diajak bicara." Sahut Tante Hana.

"Tidak mudah bukan berarti tidak bisa, kan? Aku yakin ada satu titik dimana kita bisa membalikkan hatinya. Kita hanya harus lebih mengertinya." Jawabku percaya diri, meskipun aku sendiri nggak yakin apa yang akan kukatakan pada David untuk meyakinkannya.

Yang jelas, dia akan semakin membenciku karena terlalu ikut campur.

Bukankah bersikap peduli bukanlah kesalahan?. Aku ingin dia menjadi lebih baik. Dia layak untuk itu. Salahkah jika aku ingin melakukannya?

Aku melihat ekspresi ragu dari wajah ibunya.

"Aku nggak tahu apa yang sudah dilewatinya selama hidup karena aku baru mengenalnya. Tapi aku yakin seseorang terbentuk karena masa lalunya. Semua orang bertanggungjawab untuk itu. dia layak mendapat kesempatan untuk berubah." Aku tersenyum, berusaha meyakinkan Tante Hana.

"Jika memang begitu, maukah kau datang ke pernikahan kami? In case David decided to listen to you.." Jawabnya.

"Aku merasa terhormat kalau diizinkan datang."

Love, Hate, Future, and PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang