Lagu untuk chapter ini : dear patience - Niall Horan
Aku merasa begitu bimbang. Aku nggak pernah menyukainya, nggak pernah ingin gadis bernama Sandra itu terlibat jauh denganku. Tapi setiap kali aku menatap matanya, aku merasa harus bertanggungjawab, aku merasa bahwa ini salahku, dan aku harus memberitahunya soal kebenaran itu. Tapi tidak. Aku nggak ingin dia memandang rendah diriku. Harus ada cara lain untuk menjauhkannya dari Jason tanpa harus memberitahunya. Bagian yang paling menyebalkan adalah, semakin aku menolak, semakin aku menarik diri, kebimbangan itu makin menjadi dalam hatiku.
***
DAVID'S POV
"Shit!" Aku memukul jok motorku, kesal atas perlakuan Jason barusan. Bagaimana dia bisa datang kesini? Ah, gadis itu pasti memberitahunya. Dia benar-benar lugu dan bodoh! Apa dua setengah tahun belum cukup baginya untuk belajar bahwa nggak mungkin orang seperti Jason bisa berubah?
Seketika pikiranku berputar keras, memikirkan bagaimana caranya memberi pelajaran pada pria sombong itu.
Aku melihat sekilas pada ban motorku, dan sebuah ide terlintas di benakku. Aku melepaskan tutup ban motorku dan membiarkannya selama beberapa menit hingga udara di dalamnya berkurang banyak. Cara ini cukup untuk memaksa Sandra keluar. Aku mengambil ponsel dari saku celanaku dan menelepon gadis itu.
Kalian mungkin heran akan kelabilanku. Tadinya aku membuat taruhan untuk menantang Jason, dan hari ini aku justru berusaha menghalanginya memenangkan taruhan itu. Aku pun heran, apa motivasiku melakukan semua hal bodoh ini.
Butuh waktu sedikit lama sampai sandra menjawab teleponku.
David? ada apa?" Gadis itu menjawab teleponku dengan suara lirih, seperti sedang bersembunyi dari sesuatu. Aku tersenyum kecut, membayangkan dia sedang bersama mantan kekasihnya itu bermesraan seperti Audrey dan Dewa, lalu tiba-tiba sebuah panggilan menggangu mereka.
"Keluar dari apartemen. Aku butuh bantuanmu." Aku langsung ke inti pembicaraan tanpa basa-basi"Bantuan apa? Aku-"
"Apa kau sedang sibuk bersama Jason?" Sindirku. Aku jelas tahu dia sedang bersembunyi agar Jason nggak mendengar pembicaraan kami.
"Nggak" I know you lie, Sandra.
"Kalau begitu turunlah. Aku tunggu." Aku langsung memutus panggilan tanpa menunggu responnya lagi.
Gadis itu nggak juga keluar dari tempat persembunyiannya. Apa Jason menahannya?
Dengan kesal, aku kembali menelepon Sandra, menunggu sampai gadis itu mengangkatnya, dan-
"Ya, ibu, aku akan segera berangkat!" Sambungan telepon langsung diputus bahkan sebelum aku bicara. Ibu?! Aku tertawa dalam hati, pasti dia beralasan pada Jason kalau aku adalah ibunya. Benar-benar alasan yang lucu untuk berbohong.
Setelah sepuluh menit menunggu, Sandra akhirnya turun dari lobi. Dia sesekali menoleh kebelakang dan ke atas, memastikan jason nggak memergoki kami. Langit mulai mendung, sepertinya akan turun hujan. Lebih baik aku bergegas mengajaknya pergi sebelum hujan dan kami berdua basah kuyup di tengah jalan.
"Kenapa lama sekali?" Protesku ketika melihatnya keluar dari lobi.
"Maaf." gumamku sambil melirik sekilas pada ban depan motorku yang mengempis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Hate, Future, and Past
RomanceTrauma dan luka membentuk kepribadiannya menjadi emosional, kasar, dan tertutup. Tapi bagaimanapun, David tetaplah manusia dengan hati. Seorang gadis lugu yang menjadi korban hubungan abusive, mampu mengobrak-abrik hatinya yang terus berusaha menya...