️⚠️ warning ⚠️
Chapter ini mengandung unsur untuk orang dewasa ya. Sudah author kasih tahu duluan😂. Enter at your own risk, be wise, happy reading~****
Lagu untuk chapter ini : Nothing's the Same - Alexander 23 & Jeremy Zucker
SANDRA'S POV
"David! Hei, kau baik-baik saja?" aku mempercepat langkah, mendekati David yang berdiri kaku dengan bibir bergetar. Aku menangkup wajahnya dengan kedua tanganku. "Ada apa?" tanyaku khawatir.
David hanya diam, berusaha menahan air matanya untuk keluar. Tangannya menarik turun tanganku, menggenggamnya erat.
"What's wrong with me, Sandra? Why do i have to live like this?" David membuka suara beratnya. Terdengar rasa sesak dari ucapannya.
"There's nothing wrong with you. Everything's gonna be okay..." jawabku sambil meremas tangannya pelan
"I don't know. I'm not sure if there's a tomorrow for me." David membuang mukanya dariku.
Aku menghela nafas pelan, menatap sejenak pria di hadapanku ini. Pria yang selama duabelas hari membuatku khawatir akan keberadaannya.
"Kita bicara di dalam. Hm?"
David hanya mengangguk, mengikuti langkahku masuk ke dalam apartemen dan meletakkan kopernya dengan asal.
"Duduklah. Akan kubuatkan teh untukmu."
Aku pun dengan sigap menuju pantry dapur dan membuat secangkir teh untuknya. Ketika aku berbalik, David duduk dengan matanya yang menatap kosong ke arah balkon. Kuletakkan cangkir teh itu di meja dan mengambil posisi duduk di hadapannya.
"Kau ingin menceritakannya?"
"I don't know how to start. Terlalu banyak yang terjadi." jawabnya sembari mengusap kasar wajahnya.
"Baik, nggak apa-apa kalau kau belum siap. Aku nggak akan memaksamu." aku melempar senyum tulus padanya. David hanya membalasku dengan senyum miris lalu menyesap pelan teh buatanku.
Aku menemaninya dalam diam selama kira-kira tiga puluh menit, tenggelam dalam pemikiran kami masing-masing. Benakku dipenuhi pertanyaan akan apa saja yang dia alami selama dua belas hari terakhir sampai dia kembali dengan keadaan kacau seperti ini. Tapi semua pertanyaan itu urung kuajukan melihat raut wajah David yang kurang bersahabat untuk diajak bicara.
Sejak tadi, dia terlihat tegang. Bahkan, dia memengang cangkir teh dengan cara yang aneh. Mencengkramnnya erat, seperti menahan sesuatu dalam dirinya untuk nggak keluar. David juga terus menghindari kontak mata denganku.
Setelah David menghabiskan tehnya, kuraih cangkir itu dan membawanya ke dishwasher. Kulirik sekilas jam dinding yang hampir menunjukkan tengah malam. Aku menatap David yang duduk dengan posisi memunggungiku. Berpikir apakah dia akan tinggal di sini malam ini?
"David..?"
"Hm?" Pria itu menoleh padaku dengan matanya yang memerah.
"Dimana kau akan tinggal malam ini?" tanyaku dengan hati-hati. Takut jika dia menyalahartikan ucapanku sebagai sebuah kode untuk memintanya pergi dari sini.
Tunggu.
Jadi kau menginginkannya tinggal, Sandra?
Apa yang kau pikirkan?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Hate, Future, and Past
Roman d'amourTrauma dan luka membentuk kepribadiannya menjadi emosional, kasar, dan tertutup. Tapi bagaimanapun, David tetaplah manusia dengan hati. Seorang gadis lugu yang menjadi korban hubungan abusive, mampu mengobrak-abrik hatinya yang terus berusaha menya...