62 | Modus

7.9K 296 13
                                    

JANGAN LUPA VOTE
DAN KOMEN
.
.
.

"Guys tau gak? dimall lagi diskon besar besaran, gue sepulang sekolah langsung kesana kalian berdua mau ikut"

"Gue gak dulu deh"

"Yaa kok gitu al" bella cemberut tatapannya mengarah mawar "Lo harus ikut plis"

Mawar menghela napas lalu mengangguk terpaksa. Kasian juga melihat wajah memelas bella.

"Asik. Udah lo istirahat aja al dirumah, gue sama mawar aja yang kemall nanti kalo mau nitip kasih tau aja. Oke!"

"Makasih kalian berdua udah ngertiin gue"

Vika memantau dari jauh, kebenciannya makin bertambah melihat alya begitu diperhatikan oleh bella dan mawar.

"Lo gak pantes bahagia alya. Gue yang bakal pastikan itu"

Vika berbalik ingin pergi namun dibelakangnya ternyata ada amel yang berdiri angkuh "Ini sih definisi polos polos bangsat, temen sendiri dimakan"

Dengan senyuman tipis vika perlahan melangkah sampai jaraknya amat dekat dengan amel, kemudian vika mendekati telinga amel dan berbisik.

"Lalu gimana dengan lo yang suka main sama om-om. Jangan lo pikir gue gak tau semua kelakuan lo, sampe gue tau lo ikut campur dan gagalin rencana gue habis lo ditangan gue"

Amel terdiam tak kuasa melawan, rahasianya dipegang vika. Cewek polos itu sangat mengesalkan dimata amel.

Vika pergi kearah taman belakang, ada seseorang yang harus ia temui. Partnernya untuk menghancurkan alya mantan temannya sendiri.

"Lo telat dua menit"

"Cuma dua menit kan, kayanya gak masalah" vika melipat tangannya didada memperhatikan cowok yang dengan lancar mengisap rokoknya tanpa takut diketahui oleh guru.

Wosh. Asap itu tak sengaja dihirup vika sampai membuatnya terbatuk "Lo gila! gue gak bisa kena asap rokok ervan"

Ervan terkekeh lalu mematikan putung rokoknya "Gue perhatikan rencana lo gak ada yang berhasil"

"Seengaknya alya udah gue buat luka luka, sedangkan lo gak ada kemajuan buat deketin alya"

"Sebentar lagi"

Terik matahari yang cukup menyengat membuat alya mengeluh kepanasan. Apalagi levin belum juga datang menjemputnya, alya sudah lama menunggu duduk sendirian dihalte.

"Mana sih mas levin, chat gue juga centang satu"

Brum brum

Motor sport biru berhenti didepan halte. Sang pengendara menurunkan kaca helmnya.

"Mau bareng?"

"Ervan" gumam alya dan menghampiri ervan yang masih setia diatas motornya.

"Gimana?"

Setelah berpikir cukup keras alya memilih ikut ervan saja. Karena levin sama sekali tidak ada kabar.

"Oke gue bareng lo"

Ervan tersenyum dibalik helmnya dan mempersilahkan alya naik keboncengannya. Setelah memastikan alya sudah duduk, ervan pun menjalankan motornya dengan ngebut.

"Ervan jangan ngebut!"

"Apa! gue gak denger" sahut ervan dengan suara lantang, kecepatan motornya ia tambah membuat alya terpaksa berpegangan dengan cara memeluk ervan.

Alya menuruni motor ervan dengan jantung masih berpacu kencang. Gila, sepertinya cowok itu sengaja ingin membuat alya mati mendadak.

"Gue trauma ikut lo. Bawa motor kek ngajak mati"

"Lo takut? gue kira gak"

Alya memilih diam, malas untuk membalas ucapan ervan.

"Oke makasih udah anterin gue. Mau mampir? " tawar alya basa basi, dan berharap ervan menolak.

"Gak dulu. Gue langsung pulang"

"Oh"

Alya sangat bersyukur ervan menolak ajakannya dan memilih pulang. Setelah ervan hilang dari pandangannya alya pun masuk kedalam rumah.

Karena cape alya memilih tidur dan melewati mandi mungkin nanti alya akan melakukannya setelah beristirahat sebentar.

Cukup lama alya tidur dan akhirnya mata terbuka ketika malam telah tiba. Menatap sekitar dan keadaan kosong.

"Apa mas levin masih dirumah sakit?"

Alya pun segera mandi membersihkan dirinya dan setelah mandi mencoba memasak didapur untuk makan malam bersama levin.

"Baru masak udah banyak luka yang gue dapet" alya menatap nanar jari jarinya yang dipenuhi goresan akibat pisau.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY POSSESSIVE DOCTOR [selesai] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang