JANGAN LUPA VOTE
DAN KOMEN
.
.
.Alya baru pulang pada sore hari akibat terlalu asik bersama revan.
"Van makasih tumpangan dan juga traktirannya"
Revan menurunkan kaca helmnya, tangannya mencubit pipi alya gemas "Kaya sama siapa aja lo"
Alya terkekeh dan melepaskan cubitan revan dari pipinya "Udah sana pulang gih, gue mau masuk"
"Dih ngusir, awas aja entar gak mau lagi gue bayarin makanan lo"
"Eh-eh bercanda van, baperan amat lo" melihat wajah panik alya membuat revan tersenyum tipis.
"Muka lo lucu kalo lagi panik" revan seketika mengaduh ketika pukulan alya mendarat dibahunya "Astaga al tenaga lo kek laki tau gak, sakit nih" mendengar itu alya mengusap bahu revan dengan cengengesan "Gue balik dulu"
"Hati hati" alya melambaikan tangannya, setelah revan sudah tidak terlihat barulah alya masuk kedalam rumahnya.
Selesai mandi, alya memutuskan untuk kedapur ingin memasakan sesuatu yang mudah mengingat dirinya tidak bisa memasak.
"Masak mie aja kali ya, tapi mas levin pasti gak suka dia kan sok sehat gitu pola hidupnya"
Dari belakang levin tersenyum tipis mendengar dumelan alya untuknya, perlahan levin memeluk pinggang alya dan juga meletakan kepalanya dibahu alya menghirup aroma sampo dari rambut alya "Kamu udah aku bilangin gak boleh makan mie, masih aja gak nurut. Bandel banget sih"
Alya ketar ketir diperlakukan terlalu intim oleh levin. Lehernya terasa geli ketika levin menciumnya "Mas levin udah pulang, mau aku masakin gak?"
"Gak usah kita pesan aja. Eum lagipula ada yang pengen aku tanyain sama kamu"
"Apa?"
"Kita ngomongnya dikamar aja, biar enak"
Mendengar kata "kamar" dan "enak" pikiran alya seketika travelling kearah jorok.
"Ayo" levin menggenggam tangan alya berjalan menuju kamar, tanpa disadari levin jika kedua pipi alya memerah.
Alya sudah duduk dipinggir kasur dengan tangan yang mulai dingin. Levin yang menatap alya dengan tatapan tajamnya makin membuat alya gugup.
"Aku mandi dulu bentar"
Alya bernafas lega setelah levin menutup pintu kamar mandi "Sialan jantung gue mau meledak, belum apa apa gue udah gini apalagi entar" alya menangkup kedua pipinya dengan hayalan kotor dikepalanya, dasar si alya.
Bel rumah berbunyi. Alya berjalan pelan keluar kamar dan menuruni tangga "Iseng banget sih neken bel rumah orang" gerutu alya sebal, ketika dibuka orangnya tidak ada dan hanya ada sebuah kotak didekat pintu.
Alya duduk dan penasaran dengan isi kotak ditangannya "Sok misterius banget" cibir alya dan membukanya tanpa menaruh rasa curiga "Arghh"
Levin mendengar teriakan alya dengan cepat berlari menemuinya.
"Alya kamu kenapa?" levin menemukan alya yang menangis dengan menutup matanya.
"Takut" alya memeluk levin erat, dapat levin rasakan tubuh gemetar alya, matanya melirik bangkai kelinci yang tergeletak dilantai.
"Kamu tenang dulu, gak usah diliat" levin menangkup pipi alya agar hanya melihatnya "Masuk kekamar,aku mau beresin ini dulu"
Selesai membereskan semua kekacauan tadi. Baru levin menemui alya dikamar.
"Alya" levin membuka selimut yang membungkus tubuh alya "Kamu jangan gini, aku jadi khawatir"
"Mas levin dia bilang mau bunuh aku, nasib aku bakal sama kaya kelinci itu. A-aku takut banget"
Levin membawa alya kedalam pelukannya "Sst kamu terlalu berpikiran jauh, aku janji itu semua gak bakal terjadi sama kamu sayang"
Alya mengangguk mencoba percaya, semoga saja ucapan levin benar.
"Aku laper"
Levin melepaskan pelukan mereka mengusap pipi alya dan menciumnya "Ayo makan, aku udah pesan makanan tadi"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE DOCTOR [selesai] ✅
RomansPerjodohan antara Alya si-ratu bullying dengan Levino seorang dokter muda yang mempunyai banyak penggemar. Umur yang terpaut beberapa tahun membuat keduanya memiliki sifat berbeda jauh, akankah mereka dapat bertahan dalam hubungan itu. "Turutin se...