27 | Pengakuan

13K 473 1
                                    

JANGAN LUPA VOTE
DAN KOMEN
.
.
.

Levin menatap alya dengan tajam, tendangan alya sungguh kuat membuat bagian perut levin nyeri.

"Apa! mau marah?" tantang alya berkacak pinggang, jangan lupakan wajah songongnya.

Levin melepas bajunya didepan alya membuat alya panik.

"Weh mau ngapain lo, buka buka baju depan gue! apa maksud nih" alya menutup matanya, tapi sedikit mengintip sayang juga melewati tubuh levin yang seksi.

"Kenapa? terpesona heh" levin menggoda alya yang sekarang menatapnya terang terangan.

"Boleh?" alya segera memukul mulutnya yang tidak ada remnya sama sekali, kan malu woy.

Tangan alya dibawa levin menuju perut sixpacknya, mengelusnya keatas kebawah "Suka?"

Alya mengangguk namun tak lama menggeleng setelah tersadar dengan apa yang dilakukannya. Alya segera menarik tangannya dan berlari keluar.

Levin merebahkan dirinya disebelah alya. Matanya terus menatap punggung alya lekat, sudah hampir sepuluh menit.

"Sepertinya saya mulai jatuh cinta sama kamu alya riani"

Pengakuan yang cukup mengagetkan untuk alya. Apa benar levin menyukainya?

•••
Alya menopang dagunya, melamun sepanjang pelajaran.

Pak alan selaku guru pengajar menatap malas pada siswi nakalnya.

Pengakuan cinta dari levin terus terputar diotak alya bagai kaset rusak.

Kesadaran alya kembali setelah kepalanya terkena penghapus dari pak alan. Alya menggebrak meja dan berteriak marah "Siapa berani lemparin gue pake penghapus!"

"Saya yang lempar"

Mata alya menatap arah depan. Disana pak alan menatapnya penuh emosi "Oh bapak ya hehe"

"Keluar!"

Alya berlari terbirit birit, takut kemarahan pak alan makin bertambah.

Seseorang terkekeh melihat alya yang mengomel sendiri. Langkahnya mengikuti alya, setelah sudah cukup dekat tangannya menepuk bahu alya.

"Revan, ngapain lo! "

Revan tersenyum mendapat pertanyaan aneh dari alya, sudah terlihat dari pakaian yang dipakai revan. Seragam sekolah berarti dirinya adalah seorang murid.

"Gue udah pake seragam alya, dan lo masih nanya gue ngapain disini"

"Lo sekolah disini?"

"Iya. Gue mau ngulang kaya dulu, satu sekolah bareng lo"

Alya sangat senang karena dirinya akan bersama revan lagi, seperti dulu.

"Lo ngapain diluar, padahal kelas lo masih ada pelajaran"

Bingung untuk mengatakannya, alya hanya mampu terkekeh.

"Lo dikeluarin"

"Gue heran banget sama lo van dari dulu tebakan lo selalu bener, apa jangan jangan lo cenayang ya"

"Bukan" revan langsung mengelak "Kenapa sampe dikeluarin hm? lo bikin masalah lagi"

"Iya tadi gue ngelamun dikelas terus tercyduk sama pak alan, dikeluarin deh"

Revan membawa alya duduk dikursi yang ada dikoridor "Lo ada masalah?"

"Eum enggak ada sih"

"Kalau ada masalah sebaiknya diceritain, gue siap kok jadi pendengar keluh kesah lo alya"

"Apa sih lo" alya tertawa dan memukul pelan lengan revan.

Tawa alya berhenti dan menatap revan "Van gue mau nanya?"

"Nanya aja"

"Lo pernah nggak ngerasain deg deg-an pas deket sama cewe?"

"Pernah"

"Siapa?"

Revan berdehem "Bukan siapa siapa. Kenapa lo nanya gitu"

"Kalau kita deg deg-an itu artinya apa ya van?"

"Hidup"

"Maksud gue bukan itu, ish" revan tertawa melihat wajah bete alya.

"Bener kan"

"Bener sih. Tapi maksud gue deg deg-an waktu deketen sama lawan jenis, cowo sama cewe" ucap alya lebih memperjelas lagi.

Revan mengangguk ngangguk "Suka kali" jawab revan asal.

Jawaban revan membebani pikiran alya. Apa iya dirinya juga menyukai levin? atau itu hanya perasaannya saja atau teori revan yang kurang tepat.

MY POSSESSIVE DOCTOR [selesai] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang