Chapter 67

10.3K 876 115
                                    

Assalamualaikum wr.wb

.

.

Happy reading!!

........

Author POV

"Untung ga mati gue" ucap Asya mengadahkan kepalanya ke atas melihat salah satu jendela yang berada di lantai 3 tepat jendela ruangannya.

"Kayaknya gue bener-bener punya seribu satu nyawa lagi" ucap Asya lalu menggelengkan kepalanya mengusir pikiran bodohnya.

Dengan langkah lebar gadis itu berjalan menuju mobil sedan hitam yang terparkir tak jauh darinya tanpa peduli jika nanti ada yang akan heboh mendapati ruangannya yang kosong.

"Huffttt akhirnya gue bisa bebas juga" ucap Asya saat sudah duduk di jok belakang tanpa memperdulikan dua orang laki-laki duduk di jok depan yang terlihat khawatir.

"Kamu yakin sayang bakalan ikut ?" tanya salah satu dari laki-laki yang duduk di belakang kemudi.

"Yakin dan jangan mencoba untuk membujukku kembali ke ruangan yang penuh dengan alat-alat sialan itu" ucap Asya penuh penekanan di setiap nadanya menatap tajam kedua laki-laki di depannya ini.

"Tapi pikirkan diri kamu sendiri sayang, kondisi kamu belum pulih dan abang juga belum nemu penawar dari racun sialan itu" ucap laki-laki satunya menatap Asya lembut namun tersirat kekhawatiran yang besar.

"Stttt, bang Dilano dan bang Devano Asya tak suka di pandang lemah" ucap Asya mulai bernada datar dan memejamkan matanya tak ingin lagi meladeni kedua abangnya ini yang berubah cerewet.

"Sayang dengerin abang, bukannya abang mengaggap kamu lemah, tidak sayang. Abang hanya takut, takut jika nanti abang lalai menjaga kamu, abang ga mau kehilangan kamu, abang ga mau kehilangan malaikat abang" ucap Lano lirih memang di antara dia dengan Fano, dialah yang paling dekat dengan Asya jadi tak heran dia lebih protektif pada Asya.

"Bang Lano dengerin Asya, sekuat apapun seseorang, sehebat apapun seseorang jika Allah sudah berkehendak maka terjadilah, dari sini abang paham kan?" tanya Asya menatap Lano dengan tatatapan lembutnya.

"Noh dengerin ibu ustajah ga usah mewek lo berdoa aja kita masih idup setelah ini" ucap Fano menepuk pelan kepala Lano.

"Oke abang ijinin kamu ikut tapi kamu harus bertahan untuk tetap hidup" ucap Lano mulai pasrah tentang keputusan Asya yang ga bisa di ganggu gugat.

"Hmm"

Lano dan Vano hanya bisa menghela nafas berat mendengar Asya yang mulai marah dan mereka tak bisa berbuat apapun selain menunggu amarah Asya mereda karena merekapun sadar jika Asya sangat sensitif jika ada yang menggapnya lemah.

Asya sendiri hanya menatap luar jendela saat mobil melaju meninggalkan area rumah sakit.

Dan inilah alasan sebenarnya kenapa Asya memilih kabur, ada urusan yang sangat penting sangat sangat penting antara hidup dan mati ah tidak itu terlalu lebay tapi antara- nanti readers tau sendiri.

"Kita ke butik dulu ya ganti baju pasien kamu" ucap Vano menatap Asya yang masih mengenakan baju khusus pasien.

"Abang bayarin" ucap Asya dengan puppy eyesnya membuat Lano dan Vano terkekeh gemas.

"Ga kamu suruh juga bakalan abang bayarin kalo perlu sebutik-butiknya sama pegawainya abang beliin buat kamu" ucap Vano gemas mengacak rambut Asya pelan membuat gadis itu mengurucut lucu.

"Bibirnya monyong gitu kayak-

"Kayak apa hahh!!" ucap Asya ngegas saat Vano sengaja menggantungkan kalimatnya. Kan di gantungin gaenak.

ANGELASYA√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang