•°Espère;04°•

119 11 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Espère © Kelompok 3°•

•°Part 04 By: dinihs17°•

•°Kamis, 19 November 2020°•



💜Happy Reading💜

"Mudah saja bagimu meminta seseorang untuk lupa pada sesuatu yang mengganggu hatinya, tapi kau tidak akan tahu sesulit apa perjuangan melupakan."

°Violetta°

Rintik hujan di balik jendela seperti menggambarkan perasaan Vio saat ini. Pias hujan membuat pemandangan di luar sana mendadak buram. Gadis itu Raqilla Farsya Violetta masih mengurung diri di kamarnya sejak pulang dari sekolah. Vio kecewa pada hidup yang ia jalani saat ini. Meski terlihat penuh kebahagiaan, tapi ia menyimpan segudang kesedihan. Tapi, ia tegar. Ia tegar demi dirinya sendiri.

'Gak ada yang bisa bikin gue bahagia, selain diri gue sendiri,' batin Vio tersenyum sarkas.

Sore dengan rintik hujan yang semakin deras membawa kilasan masa-masa itu. Tapi, sekali lagi Vio tidak mau menangis. Tidak! Tidak akan ada tangisan lagi kali ini dan begitu pula seterusnya. Hari ini dan selanjutnya adalah hari-hari baru dengan perbedaan kontras dalam kehidupan Vio.

"Buang manisnya dan ambil pahitnya," ujar Vio  tanpa ekspresi. Ia membuka laci lemari di samping tempat tidurnya lalu mengambil sebuah gunting.

Perlahan tapi pasti gunting itu mulai bekerja, memutus hubungan antara Vio dan... sepenggal kenangannya dengan Kenzie.

Malam yang cerah dengan bintang-bintang menghiasi langit di atas sana. Seorang gadis cantik dengan gelung rambut panjangnya menanti sang kekasih di depan rumahnya. Meski rumah yang ia tempati kini sudah sepi tanpa kedua orang tuanya, Vio tetap bahagia karena masih memiliki Kenzie dan sang Kakak, Arsya.

TIN TIN

Sebuah motor yang ia kenali dengan plat yang sudah ia hapal luar kepala telah terparkir di hadapannya. Di sana Kenzie duduk dengan gagah. Ia membuka kaca helmnya dan tersenyum, "ayo, Vi."

Vio tersenyum lalu naik di jok belakang. Kedua tangannya bertumpu pada bahu Kenzi.

"Kita mau kemana?" tanya Vio sebelum Kenzie melajukan motornya.

"Ke... mana-mana hatiku senang," ujar Kenzie tertawa kecil.

"Ih Kenzie mah." Vio memanyunkan bibirnya kesal.

"Jangan kode-kode gitu dong, nanti aku mau," ujar Kenzie berhasil membuat otak Vio travelling.

"Pegangan," ujar Kenzie melingkarkan kedua tangan Vio di pinggangnya. Sontak membuat wajah Vio memerah, pipinya panas.

Vio tersenyum di balik punggung tegap Kenzie. Dengan membulatkan tekad, ia menyandarkan kepalanya pada punggung Kenzie. Nyaman sekali.

"Tetaplah jadi takdirku, Ken," ujar Vio lirih lalu memejamkan matanya, ia menikmati semilir angin malam yang menyapa.

Beberapa menit kemudian, keduanya sampai di tempat tujuan. Sebuah danau dengan mata air jernih menyambut kedatangan mereka. Lampu-lampu yang menyala menerangi sekeliling danau tersebut. Tidak hanya mereka yang ada di sana, tapi  berpasang-pasang manusia juga tengah menikmati keindahan danau itu.

03;Espère✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang