•°Espère;36°•

47 6 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Espère © Kelompok 3°•

•°Part 36 By: Salsabillafy_°•

•°Senin, 21 Desember 2020°•




💜Happy Reading💜

Usai masuk ke kamar barunya dan meletakkan semua barang-barang miliknya, Vio keluar dari kamar itu sembari berjalan menyusuri rumah yang cukup luas dan ia tinggali sendiri.

Rumah bernuansa putih ini cukup membuatnya tenang dan nyaman berada di sini. Ia berjalan menuju belakang rumahnya, netranya mendapati sebuah taman kecil yang berisi tanaman yang mulai kering karena jarang dirawat.

Kemudian, ia celingukan mencari sekrup berukuran kecil dan selang, disitu ia bisa menenangkan dirinya dari berbagai pikiran yang memutar dikepalanya. Sejak hari itu, Vio mulai suka dengan aktivitas barunya yaitu berkebun.

"Eh, ada kupu-kupu," ucap Vio yang melihat kupu-kupu menghinggapi salah satu daun bunga di taman itu.

"Kamu cantik banget," puji Vio sambil menjulurkan tangannya untuk mempersilahkan kupu-kupu berwarna ungu itu naik ke punggung tangan Vio.

Vio merogoh handphone yang ada di saku celananya. Jemarinya memencet ikon kamera dan memotret kupu-kupu yang ada di tangannya itu.

Tak lama kemudian, kupu itu terbang dan lepas dari hinggapan di tangan Vio.

"Hati-hati, ya!" seru Vio sembari melambaikan tangannya ke arah kupu kupu.

Drrttt ... Drrttt ...

Dering telepon bersumber dari handphone Vio. Terpampang jelas nama yang tertulis di layar itu, 'Kak Arsya'.

"Halo, Kak," sapa Vio membuka pembicaraan.

"Vi, mau Kakak beliin nasi juga?" tawar Arsya yang peduli pada adiknya itu.

Bukan menjawabnya tapi Vio malah balik bertanya, "tapi nanti makan sama Kakak disini?"

"Iya, Vi," jawab Arsya.

"Siap," sahut Vio mengiyakan tawaran Arsya.

Tak selang berapa lama, Arsya kembali dengan membawa dua kotak nasi yang sengaja dibeli untuk dirinya dan Vio.

Sunyi, keduanya memakan dengan diam tanpa membuka suara, bukan menghemat suara tapi hukumnya makan tidak boleh bicara.

Setelah menghabiskan makanannya, Arsya pamit untuk pulang melihat papanya dan memastikan tidak ada hal mencurigakan dan merugikan dirinya.

"Vi, Kakak balik dulu, ya. Kakak bakal sering kesini," pamit Arsya lalu berjalan menuju pintu keluar dan memacu motornya.

***

Arsya yang sudah berada di depan rumahnya. Manik matanya menyorot seorang yang sedang berbicara lewat telepon. Pelan-pelan, Arsya bersembunyi di balik tembok besar sembari mendengarkan pembicaraan Fery, lapanya.

"Iya, Pak. Saya dengan Fery,"

"..."

"Jadi, tujuannya saya ingin melihat-lihat mobil di tempat milik Bapak,"

03;Espère✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang