•°Espère;06°•

88 10 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Espère © Kelompok 3°•

•°Part 06 By: Imah224°•

•°Jum'at, 20 November 2020°•

💜Happy Reading💜

Membiarkan ruang tamu berantakan dan televisi menyala sendiri adalah kebiasaan baru Raqilla Farsya Violetta. Sampah makanan berserakan di sekitar sofa dan cangkir bekas minum dibiarkan begitu saja di atas meja. Tempat itu seperti tak pernah dibersihkan, benar-benar kacau.

Vio berjalan santai menuju ruang tamu yang sangat berantakan itu. Ia baru saja mengambil minuman bersoda dari dapur. Minuman itu sudah berada di tangan kanannya. Ia menyandarkan diri di sofa, meminum minuman itu hingga tersisa setengah. Ia letakkan di atas meja, lalu mengambil ponsel miliknya yang berada tak jauh dari cangkir bekas minumnya tadi.

Vio memainkan ponselnya. Bolak-balik membuka media sosial yang dimiliknya. Gadis itu masih berusaha mencari tau tentang Kenzie, cinta pertamanya yang kini menghilang entah kemana. Masih ada setitik harapan di hatinya bahwa Kenzie akan kembali. Selama ini, Kenzie tak pernah berbohong padanya. Dan saat itu Kenzie pernah berjanji, bahwa ia tak akan pernah meninggalkan dirinya. Vio yakin, cowok itu akan bersamanya lagi suatu saat nanti.

Karena terlalu asyik dengan ponselnya, Vio sampai tak menyadari ada seseorang yang mendekat padanya. Seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahunan. Mungkin usianya sudah kepala empat, tapi ia masih tetap cantik. Tak terlihat ada keriput di wajah putihnya yang begitu mulus. Wanita itu menatap tajam ke arah Vio yang tampak tak perduli dengan kehadirannya.

Vio pun tersadar, namun ia sengaja bersikap cuek. Vio sama sekali tak menginginkan keberadaannya disini. Kalau bukan karena papanya, wanita yang ia anggap sebagai penjahat itu tidak akan pernah bisa masuk dalam hidup keluarganya.

"Vio," panggilnya.

Vio tak bergeming, masih fokus dengan ponsel ditangannya.

"Vio, kamu dengar kan saya manggil kamu? Ini kenapa ruang tamu kamu biarin berantakan banget kayak gini?" panggilnya lagi karena setelah sekian detik ia tak kunjung mendapatkan jawaban dari Vio.

"Mau ngapain lo? Bisa gak lo gak usah ganggu kehidupan gue?" ucap Vio kasar sambil membanting ponselnya. Bahkan ia tak segan memakai kata 'lo gue' pada wanita itu. 

"Vio! Jaga sopan santun kamu terhadap saya. Bagaimanapun juga saya ini ibu sambung kamu!" bentaknya pada Vio.

Wanita itu adalah Elisa, ibu sambung Vio. Meski Vio tak pernah bisa menerima wanita itu sebagai mamanya.

"Lo emang istri papa gue, tapi jangan harap lo bakalan jadi mama gue dan menggantikan posisi mama kandung gue yang udah meninggal. Inget itu! Gue gak akan sudi punya orang tua kayak Lo!" sahut Vio tak kalah nyaring dari Elisa.

"Kamu memang kurang ajar, Vio. Apakah Erina tak pernah mengajari kamu sopan santun?" balasnya kesal.

Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Elisa. Alhasil, pipi itu memerah karena tamparan dari Vio lumayan keras. Elisa pasti merasakan perih di pipinya, tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah yang menamparnya adalah anak tirinya sendiri.

03;Espère✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang