•°Espère;35°•

57 6 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Espère © Kelompok 3°•

•°Part 35 By: Imah224°•

•°Senin, 21 Desember 2020°•




💜Happy Reading💜

"Gue suka sama lo. Ini mungkin terlalu cepet buat lo. Tapi Vi, gue bener-bener sayang lo. Lo mau gak jadi pacar gue?" ucap Elvan dengan satu tarikan nafas.

Vio sempat mengkhawatirkan hal ini. Cepat atau lambat Elvan pasti akan mempertanyakan perasaannya lagi. Sedang Vio, ia belum bisa memberikan jawaban. Vio memang merasa nyaman dengan Elvan, tapi untuk menjadi pacar Elvan, masih jauh dalam benaknya. Ia lebih nyaman dengan kesendiriannya. Ia takut hal yang sama akan terjadi lagi. Vio takut jika ia terlanjur mencintai Elvan nanti, Elvan akan meninggalkannya seperti Kenzie.

Ia selalu was-was setiap kali ada cowok yang menyatakan perasaan padanya. Ia tak mau mengecewakan orang lain. Tapi ia juga tidak mau menyakiti dirinya sendiri. Sudah cukup kecewa mendalam yang dirasakannya.

"Gue..."

"Gimana, Vi?" tanya Elvan mendesak Vio.

Vio melepaskan tangan Elvan. Ia membalikkan badannya. Tak tau harus memberikan jawaban apa.

"Kenapa, Vi?"

Vio merasa terselamatkan karena ponselnya tiba-tiba saja berbunyi.

"Gue turun ke bawah dulu ya, Van. Mau ngangkat telpon. Sorry," ucap Vio seraya bergegas turun dan meninggalkan Elvan yang masih berdiri menunggu jawaban darinya.

Sesampainya di bawah, dering ponselnya sudah berhenti. Nomor tak dikenal, tapi Vio sangat bersyukur karena telpon itu ia bisa menghindari Elvan.

Vio jadi penasaran siapa pemilik nomor itu. Ia pun menelpon balik. Hanya ada suara berdering, namun tak diangkat. Membuat bingung saja. Beberapa detik kemudian ia mendapat pesan dari nomor itu.

+628123456****
💬Mending lo pergi aja dari rumah pohon itu.

Vio mengernyitkan keningnya. Apa maksud orang itu. Apakah dia tau kalau Vio ada disini sekarang.

Vio mengedarkan pandangannya di sekeliling tempat itu. Tak ada siapa-siapa dan tak ada yang mencurigakan. Hanya dirinya dan Elvan yang masih ada di atas sana.

+628123456****
💬Gak usah bingung gitu. Gue bukan orang jahat. Turutin aja saran gue. Bilang aja lo ada keperluan mendadak.

Vio berpikir sejenak. Daripada ia terus-menerus di tempat ini, lebih baik ia pergi saja.

"Van, gue duluan ya. Ada keperluan mendadak. Maaf ya, bye," teriak Vio dari bawah. Vio langsung saja ambil langkah meninggalkan rumah pohon itu.

Elvan yang baru saja turun pun tak berhasil mengejarnya. "Sial! Keburu pergi. Siapa sih yang udah nelpon Vio dan menggagalkan rencana gue," gerutu Elvan. Ia benar-benar kesal saat ini.

***

Hari ini Elisa sengaja datang ke kantor Fery. Untuk menemui Fery sekaligus membawakan makan siang untuk Fery dan dibalik itu ia sudah punya rencana lain.

03;Espère✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang