•°LavenderWriters Project°•
•°Espère © Kelompok 3°•
•°Part 38 By: dinihs17°•
•°Kamis, 24 Desember 2020°•
•
•
•
💜Happy Reading💜
"Seburuk apapun perlakuanmu padaku, aku tak akan menyerah! Sampai aku mundur karena keputusanku sendiri."
—Elvan.
***
Pagi kembali menjelma dengan sinar mentari sebagai pertanda. Perihal pagi mungkin tak lagi jadi misteri. Karena beberapa insan tengah siap menjalani. Violetta, gadis imut dengan segudang masalah tapi tetap tampil dengan wajah sumringah. Setelah turun dari angkot, Vio memasuki kawasan sekolah dengan senyum mengembang. Ia sengaja tidak menunggu Arsya menjemputnya tadi pagi. Bukan tanpa alasan, Vio hanya ingin mulai hidup mandiri tanpa harus terus bergantung pada Kakaknya.
"Semoga hari ini menjadi hari yang membahagiakan," ujar Vio melengkungkan kedua sudut bibirnya.
Selanjutnya Vio menyusuri koridor sekolah menuju kelasnya.
"Morning Vi," sapa Elvan mengejutkan Vio yang tengah menikmati perjalanan ke kelasnya.
"Kaget gue, pagi Van." Vio tersenyum, ia masih canggung dengan ungkapan cinta Elvan tempo hari.
"Serius amat jalannya sampai gak sadar ada gue di sini," ucap Elvan merangkul pundak Vio.
"Apaan sih! Lepas ih, gue risih." Vio melepaskan tangan Elvan dari pundaknya. Ia tidak mau memberi harapan palsu pada cowok itu.
"Maaf, Beb." Elvan cengengesan seolah tak masalah dengan penolakan Vio.
"Bab, Beb, Bab, Beb! Udah ih, gue gak suka dipanggil kayak gitu," ujar Vio langsung duduk di kursinya karena mereka sudah sampai di kelas mereka.
"Btw Vi, lo belum jawab pertanyaan gue kemaren," ujar Elvan lagi-lagi menanyakan hal itu.
"Hah? Soal apa?" tanya Vio menolak ingat pada hal yang sebenarnya ia ketahui.
"Lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Elvan langsung menjawab dengan topik yang sebenarnya.
"Gu-gue...."
"Bilang aja Vi. Apapun keputusan lo, gue terima kok." Elvan tersenyum meyakinkan.
"Sorry, Van. Gue gak bisa. Gue ... belum bisa jalin hubungan lagi sama orang baru. Bukan! Bukan karena gue belum move on. Tapi hati gue masih belum sepenuhnya sembuh."
Elvan mengangguk paham. Ia memang tahu soal Kenzie. Sebelumnya Vio sudah menceritakan hal itu padanya.
"Kalau gitu izinkan gue ngobatin hati lo perlahan-lahan ya, Vi. Gue janji bakal jahit luka itu sekuat-kuatnya sampai luka itu mnegering dan hilang sama sekali." Elvan menatap tepat pada manik mata Vio seolah meyakinkan, 'Vi, gue serius sama lo.'
"Jangan mudah berjanji, Van. Kadang janji hanya sekedar ucapan pembawa harapan. Kita gak tahu apa yang bakal terjadi nanti. Gue gak minta lo berjuang ataupun berhenti. Tapi, please jangan berharap banyak sama gue. Karena hati dan perasaan gak bisa dipaksa." Vio memalingkan wajahnya, perasaan bersalah mulai menghantui karena harus menyakiti cowok sebaik Elvan.
KAMU SEDANG MEMBACA
03;Espère✔
Teen Fiction💜LavenderWriters Project Season 05. ||Kelompok 03|| #Tema; Kenangan Cinta Pertama. •°Ketua : Patimah. °•Wakil Ketua : Azza. • • • Mengertikah dirimu bahwa cinta ini bukan permainan? Pernahkah kamu memikirkan bagaimana diriku setelah kehilanganmu? K...