•°Espère;32°•

35 6 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Espère © Kelompok 3°•

•°Part 32 By: Imah224°•

•°Jum'at, 18 Desember 2020°•

💜Happy Reading💜

Vio membuka pintu ruangan itu, diikuti oleh Elvan di belakangnya. Ruangan itu bahkan lebih luas dari kamarnya sendiri. Seluruh perlengkapannya tersusun rapi.

"Ini apartemen punya almarhum papa aku, Vi. Kamu bisa tinggal disini sampai kapanpun, gratis. Nanti aku bantuin kamu selesain masalah kamu," ucap Elvan ketika Vio meletakkan tas punggungnya di sofa.

"Makasih, Van. Gue gak tau lagi harus minta tolong sama siapa. Makanya gue telpon lo tadi. Maaf, kalau gue ngerepotin lo," ujar Vio merasa tak enak. Dirinya tak pernah menunjukkan sikap baik pada Elvan. Tapi justru Elvan jadi orang yang paling siap siaga ketika ia perlukan. Saat Vio menelpon tadi, Elvan langsung berangkat menjemput Vio. Lalu dengan mudahnya ia memberikan sebuah tempat tinggal untuk Vio.

"Mending lo istirahat dulu ya. Gue mau langsung pulang aja. Nih, kuncinya," ucapnya Elvan sambil menyerahkan kunci apartemen itu pada Vio.

Vio menerimanya. "Hati-hati," ucap Vio singkat.

"Lo yang harus hati-hati disini. Kalau ada apa-apa lo langsung telpon gue," pesan Elvan.

"Iya, Van. Gue bakalan baik-baik aja kok."

Vio mengantar Elvan sampai ke depan pintu. Setelah ia memastikan Elvan sudah meninggalkan apartemen itu, ia pun masuk kembali ke kamar barunya.

Vio merebahkan dirinya di atas kasur. Ia pejamkan matanya. Masalah yang dihadapinya semakin rumit saja. Belum lagi ia menemukan solusi, malah datang masalah baru. Ibu tiri dan saudara tirinya itu memang benar-benar ingin menyingkirkannya dari keluarganya. Kali ini, mereka menang . Tapi, cukup untuk kali ini saja. Vio akan mengambil apa yang seharusnya menjadi miliknya.

Vio teringat, ia belum memberitahu Arsya. Ia bangun, mengambil tasnya yang tergeletak di sofa. Kemudian mencari ponselnya.

Vio mengetikkan beberapa kata. Lalu ia kirimkan pada kakaknya.

Raqilla Farsya Violetta
💬Kak, papa ngusir Vio lagi dari rumah. Tante Elisa bener-bener licik, Kak. Nanti Vio ceritain semuanya sama Kak Arsya. Kakak gak perlu khawatir, Vio ada di apartemennya Elvan. Alamatnya di Jalan Permata nomor 13. Malam ini Kakak gak perlu kesini, Vio mau nenangin diri dulu.

Setelah pesan itu terkirim, Vio menuju kamar mandi. Ia perlu dinginnya guyuran air untuk meredakan emosinya.

***

"Kakak kenapa sih? Selalu aja ngikutin Elisa. Buat cari perhatian doang kan? Biar Kakak itu dianggap baik sama Papa mama. Iya kan, Kak?" teriak Elisa dengan air mata tertahan. Ia benar-benar kecewa pada kakaknya.

"Kamu itu adik kakak, Elisa. Sudah sewajarnya kakak seperti ini. Dion itu bukan cowok yang baik buat kamu. Kamu percaya dong sama kakak. Kamu masih SMA, masa depan kamu masih panjang. Seharusnya kamu belajar buat ujian nanti. Biar nanti kamu bisa lanjut kuliah," jelas Erina, mencoba memberi pengertian pada adiknya.

03;Espère✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang