•°Espère;07°•

81 9 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Espère © Kelompok 3°•

•°Part 07 By: Azzarisma_16°•

•°Sabtu, 21 November 2020°•

💜Happy Reading💜

Lalu Alvaro pergi meninggalkan mereka.

"Makasih banyak, Lex. Lo masih mau bertahan sama sikap gue yang kayak gini."

"Gak perlu bilang terima kasih, Vi. Jadi gimana mulai sekarang kita temenan kan?" ujar Lexa antusias.

"Iya," ucap Vio dengan seulas senyum manisnya.

"Yeayy!!! Akhirnya gue bisa temenan sama lo," ucap Lexa kegirangan dan memeluk Vio dengan erat.

"WOYY!!! Gue sesek napas."

"Hehehe, sorry, gue terlalu seneng," ujarnya.

"Udah gue mau pulang," ucap Vio lalu berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya ke arah Lexa.

Melihat hal itu, sontak membuat Lexa tersenyum senang dan menyambut uluran tangan Vio dengan senang hati.

"Ayok, kita ke parkiran bareng!" ajaknya riang.

Saat sampa diparkiran, Vio sudah melihat Arsya yang tengah menunggunya.

"Kak," panggil Vio.

"Akhirnya lo dateng juga, ngapain aja sih di dalem lama banget," ujar Arsya kesal. Sepertinya adiknya ini punya kebiasaan buruk, yaitu membuat orang lain menunggu lama.

"Ngepet," ujarnya datar.

"Dia siapa, Vio?" tanya Lexa yang sedari diam.

"Abang gue, Lexa. Gue pulang duluan ya," pamit Vio dan dijawab dengan anggukan oleh Lexa.

Sesampainya mereka di rumah, Vio bergegas naik ke kamarnya. Tetapi langkahnya terhenti saat sang papa memanggilnya.

"Vio, Arsya," panggil Fery-papa Vio.

"Iya Pa?"

"Sini, duduk dulu sama Papa," ajak Fery.

Vio dan Arsya pun mendekati Fery dengan perasaan bingung, pasalnya setelah sang papa menikah lagi mereka tak pernah berkumpul.

"Ada apa Pa?" tanya Arsya yang penasaran.

"Kalian ada masalah sama Tante Elisa?"

"Oh, jadi Tante Elisa ngadu sama Papa?" ucap Vio kesal

"Vio, kenapa kamu sampai nampar ibu kamu? Meskipun dia bukan ibu kandung kamu, tapi tetap saja dia ibu kamu, Nak," ucap Fery menjelaskan dengan pelan-pelan.

"Aku gak akan kayak gitu, kalau bukan dia duluan yang mulai Pa!" ucap Vio emosi

"Tapi kamu tidak perlu memperlakukannya dengan kasar Vio."

"Tapi Pa-" belum sempat Vio, menyelesaikan kalimatnya tetapi kakaknya sudah memotong pembicaraannya.

"Udah, Vio mendingan kamu ke kamar, gak usah ribut kakak pusing!" ucap Arsya datar dan melenggang pergi meninggalkan mereka dan membanting pintu kamarnya sehingga menimbulkan suara yang keras.

03;Espère✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang