•°Espère;33°•

34 5 1
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Espère © Kelompok 3°•

•°Part 33 By: Imah224°•

•°Jum'at, 18 Desember 2020°•

💜Happy Reading💜

"Ma, beliin Zahira mobil ya," mohon Zahira pada sang mama saat mereka baru saja tiba di rumah. Mereka membawa begitu banyak belanjaan sehabis pulang dari mall.

"Kamu kira mama punya banyak uang?" sahut Elisa merespon permintaan Zahira.

"Mintain sama Papa dong. Papa pasti mau beliin," rayu Zahira.

Elisa tak menyahut lagi. Sebenarnya ia juga menginginkan sebuah mobil baru. Tapi, ia harus menemukan alasan yang pas untuk memintanya pada Fery.

"Ma, ngomong dong," ucap Zahira setelah ia tak mendapat jawaban lagi dari Elisa.

"Iya, nanti mama coba."

"Makasih, Ma. Ngomong-ngomong, papa Dion dimana, Ma? Kok dia gak pernah temuin Zahira lagi. Zahira kangen sama papa kandung Zahira, Ma. Nanti ajakan dia ketemuan ya, Ma." Setelah Elisa mengiyakan kemauannya yang pertama, Zahira malah meminta hal lain.

"Gak usah macem-macem kamu. Lupain dia, anggap aja dia udah gak ada," sahut Elisa sewot.

"Kok gitu sih, Ma? Papa Dion kan papa kandung Zahira, Ma? Masa Zahira gak boleh ketemu sama dia?" protes Zahira.

"Kalau kamu masih mau hidup enak kayak sekarang, lupain papa kamu itu. Selama ini dia udah bikin kita menderita. Kamu gak lupa itu kan? Kehidupan kita ini udah berubah Zahira. Kamu harus paham itu!" tekan Elisa agar anaknya itu mengerti bagaimana usahanya mencapai titik ini. Meski ia mendapatkan semuanya dengan cara licik.

"Iya, Ma. Maafin Zahira, ya."

"Mending kamu ke kamar sana. Sekalian tuh bawa belanjaan kamu," perintah Elisa.

Zahira menurut. Ia mengambil belanjaannya dan kemudian berjalan menuju kamarnya.

Sedang Elisa, masih memikirkan permintaan caranya. Apa alasan yang bisa ia berikan agar Fery mau membelikan mobil. Kalau hanya sekedar untuk jalan-jalan saja, Fery pasti tidak mau. Meski selama ini Fery selalu memberinya jatah bulanan berlebih, tapi tetap saja ia tidak mau menggunakan uang itu untuk membeli mobil. Uang itu khusus untuk memenuhi gaya hidupnya yang lain.

Keuangan di rumah ini sepenuhnya dikendalikan oleh Fery, sehingga Elisa tak bisa seenaknya memakai uang Fery. Masih sulit untuk Elisa mengambil kendali keuangan dari tangan Fery. Fery punya perhitungan tersendiri untuk hal itu.

***

Rumah Elvan lumayan besar, begitu juga dengan ruang tamu rumahnya.

Vio meremas rok sekolahnya. Keraguan melingkupi dirinya. Kalau bukan karena permintaan Elvan, ia tidak akan ada disini. Ingin rasanya ia pergi, tapi ia juga tak bisa menolak permintaan Elvan yang sudah banyak membantunya.

Seorang wanita datang bersama Elvan. Vio langsung berdiri dan menyalami wanita itu.

"Kenalin, saya Hana."

"Vio, Tante. Salam kenal," ucap Vio seraya menunjukkan senyum terbaiknya.

"Silahkan duduk."

"Iya, Tante. Terima kasih," jawab Vio agak gugup.

03;Espère✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang