•°Espère;29°•

39 5 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Espère © Kelompok 3°•

•°Part 29 By: ByunManuRa°•

•°Selasa, 15 Desember 2020°•




💜Happy Reading💜

Arsya diam sejenak. Dirinya menerka-nerka jawaban yang akan di ucapkannya. "H-hah? Gue? Y-ya, gak ada lah. Ada-ada aja lo, Vi."

Mendengar nada gugup dari Arsya, membuat Vio yang di belakang memicingkan matanya.

Badan Vio condong ke depan pundak kiri Rasya. "Boong ya? Masa sih," pancing Vio sambil meletakkan kepalanya di pundak Arsya.

Arsya tak risih, namun itu membuat gugupnya semakin menjadi. "Apa sih, dek? Udah. Kakak lagi nyetir," mata Arsya yang tertutupi kaca helm melirik Vio dari kaca spion.

Mata Vio terpejam, Arsya berhenti kala lampu merah, "dek? Tidur?" tanya Arsya melirik Vio lewat tatapannya sambil memperhatikan lampu yang berubah warna hijau.

Hening.

"Dek?"

Vio bergumam, "apasih kak? Gue ga tidur," Arsya pun kembali fokus pada jalanan.

Setibanya di rumah, Vio langsung turun dengan badan lesu. Arsya yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala. Ia mencabut kunci motor, lalu menyusul Vio di belakangnya.

"Tumben sepi. Biasanya ada yang nyinyir kek netizen," titah Vio mulai menaiki tangga. Arsya yang mendengar itu langsung mendorong tubuh Vio untuk lebih cepat naik ke atas.

"Udah buru masuk. Bersih-bersih terus turun makan malam ya, dek."

Vio mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.

***

Malam tiba pukul 19.00 waktunya makan malam. Di ruang makan seperti biasa ada Vio, Arsya, Elisa, dan Zahira. Namun, kurang lengkap tanpa Fery. Itu menurut Vio dan Arsya.

Lain halnya dengan Elisa. Dirinya merasa beruntung kali ini karena terbebas dari rasa penasaran Fery semalam.

Elisa menyendokkan sepiring nasi dan lauk untuk Zahira, anaknya. Karena jika ada Fery, pasti ia akan menyediakan untuk Fery terlebih dahulu.

Vio asik menyendokkan sendok pada mulutnya. Merasa ada yang memperhatikan, Vio mendongak dan melihat jika Elisa tengah menatap lekat dirinya.

Vio menatap mata Elisa dengan tajam. Mereka berdua asik bertatapan.

Arsya yang merasa Vio di sebelahnya berhenti pun menoleh. Lalu menoleh lagi pada Elisa yang tengah bertatapan dengan adiknya.

"Ngapain kamu ngeliatin saya segitunya?!" sentak Elisa yang membuat ruang makan itu seakan mencekam.

Vio menatap tajam Elisa, "lo yang natap gue daritadi! Bodoh!" mendengar perkataan akhir Vio, aliran darah Elisa naik ke atas.

"DASAR ANAK GAK TAU DIRI!" teriak Elisa murka. Vio bangun dari duduknya, ia menggebrak meja makan.

BRAK!!

"GAK USAH TERIAK DEPAN GUE! LO ITU BUKAN SIAPA-SIAPA DISINI! LO BUKAN MAMA GUE! JADI GAK UDAH MERASA BESAR DISINI!" pekik Vio tak kalah keras. Pundak Vio naik turun. Emosi yang ia pendam akhirnya keluar juga.

03;Espère✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang