CHAPTER 10

767 65 1
                                    

Sorry For Typo

1,2K














Jimin dan juga Jungkook berjalan berdampingan menyusuri koridor sekolah yang nampak sepi, berbeda dengan hari kemarin sekarang mereka datang lebih awal bahkan sekolah masih sangat senyap.

"hyung..aku sangat kasihan pada Tae hyung"
"kenapa?" Jungkook menghela nafas lalu dipandangnya wajah tampan seseorang yang dia panggil hyung tersebut "mereka tidak adil pada Tae hyung"

Jungkook dan Jimin keduanya tau benar dengan sikap keluarga Kim pada Taehyung, tapi mereka tidak bisa melakukan apapun, mereka bagai manekin yang hanya mampu mematung.

Tapi ada yang perlu diingat kapanpun Taehyung membutuhkan sandaran mereka selalu ada, setiap Taehyung ingin bercerita mereka juga selalu siap mendengarkan.

Padahal kebenarannya pemuda pemilik senyum kotak tersebut salah jika harus bercerita pada duo Park, pasalnya baik Jimin maupun Jungkook mereka dengan entengnya selalu menceritakan kembali apa yang diucapkan Taehyung pada Kang ahjuma, katanya karena Kang ahjuma lebih mengerti apa itu hidup dan lebih berpengalaman.

"badai pasti berlalu bukan?"
"tapi kenapa rasanya badai yang menimpa Taetae hyung seakan tak mau berhenti"
"sudahlah lah Kookie, lebih baik kita kekelas"

>••<

Namjoon sangat cemas sekarang karena adiknya berada digudang bawah tanah dan lebih mirisnya sang adik sendirian, pemuda berdimple tersebut sedang disesaki rasa penyesalan.

Menyesal karena dia tak bisa menjaga permatanya lagi, sungguh jika terjadi sesuatu yang buruk dia tidak akan memaafkan keluarganya, tapi sepertinya percuma walaupun Taehyung pingsan sekalipun mereka tak akan peduli apa lagi minta maaf.

"Argh!" Namjoon memukul keras pintu yang sekarang tertutup rapat, dia lalu melangkah mendekati jendela

Untung saja otak cerdasnya berfungsi karena jika dia loncat maka Namjoon tidak akan bisa menolong adiknya, kaki panjangnya itu akan menghantam tanah dan bagaimana dia bisa menolong Taehyung jika dia saja terluka.

Tangannya lalu merogoh sakunya dan mendapatkan benda pipih dengan segera jemarinya menari diatas layar dan mendekatkannya ditelinga
"Tae.."
'hyung hiks tae takut hiks'
"tunggu sebentar hyung akan kesana"

>••<

Diruang makan aura ketegangan sedang menyesaki mereka, sang kepala keluarga nampak begitu kesal membuat semua anaknya tertunduk takut, bukan itu seharusnya yang dilakukan seorang ayah.

"kalian pergilah, Appa tau nafsu makan kalian sudah hilang" setelah berhasil menetralisir amarahnya dia berucap, Seokjin mengangkat kepalanya lalu menatap sang Appa

"Jin pergi dulu, ayo Sungjae-ya" yang diajak mengangguk lalu berdiri mengikuti hyung tertua, Hwasa tersenyum kearah keduanya dan mendapat balasan yang tak kalah indah

"Yonggi juga berangkat..Doyoung kau ikut?"
"ye hyung" keduanya melakukan sesuatu yang sama seperti yang dilakukan Seokjin juga Sungjae

Sepeninggal semua anaknya Hwasa mendekat kearah suaminya dan tersenyum kearahnya, Dong Wook tersenyum dan berpamitan pada sang istri tak lupa menciumnya.

Hwasa tersenyum senang bagaimana tidak Taehyung telah mendapat apa yang dia inginkan, sedari dulu Hwasa tidak pernah menganggapnya apalagi peduli, tapi tidak dengan anaknya yang lain. Padahal mereka sama-sama seorang anak yang harus mendapat kasih sayang.

Nyonya Kim lalu berjalan kearah dimana Taehyung berada dia ingin mengecek anak yang tak pernah dia anggap tersebut.

>••<

SORRY || kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang