CHAPTER 37

576 53 5
                                        

Sorry For Typo













Malam semakin larut, namun tidak mengecilkan suara dentuman musik yang semakin menjadi, kerlap-kerlip lampu seolah menggambarkan betapa senangnya orang-orang tersebut.

"bagaimana sudah kau tanyakan?" wanita berambut pendek bertanya tak sabaran, "sudah"

"kalian tau? Aku memaksanya untuk membuka hadiah itu sekarang" teman-temannya kompak mengangguk pelan, "katanya sih, Hwasa memberikan sebuah tas sedangkan nyonya Jung memberi cincin berlian"

"nyonya Jung itu benar-benar tak pernah main-main jika memberi sesuatu"

"benar, dan kurasa hartanya tak akan pernah habis, sekalipun dia memberikan kita semua cincin berlian"

.
.
.

Oke, kita tinggalkan acara pesta tersebut. Sekarang diruang rawat Tae tengah terjadi perdebatan antara sibungsu dan keluarganya.

"Tae ingin pulang hiks" ujung hidung tersebut memerah, matanya sembab, dan pipinya yang basah

"tidak, kau harus tetap dirawat saeng" Hoseok jelas tak mau menuruti ucapan adik kecilnya, "benar kata hyungmu, Tae dirawat dulu ya, sampai kondisimu pulih sayang"

Suara wanita mengalun indah memberi pengertian yang langsung digelengi oleh seorang pemuda tampan. Matanya kemudian melirik sosok tegap ayahnya, mengharap belas kasian pada lelaki tersebut.

Hyunbin memijit dahinya pelan, menghela nafas panjang setelahnya, "tunggulah sampai besok, appa akan mencoba berbicara pada dokter"

.
.
.

Sebuah keluarga tengah menyantap sarapan dengan tenang, keluarga yang harmonis jika dilihat sekilas, sarapan bersama tanpa handphone dan semacamnya.

"Namjoon ah, makanlah yang banyak kau nampak kurusan" satu-satunya wanita disana bersuara, Namjoon diam membisu

"benar apa yang dikatakan eomma mu, perbaiki porsi makanmu" kepala keluarga menimpali

"satu-satunya yang harus diperbaiki sekarang adalah hati nurani kalian" bukankah itu terdengar tidak sopan? Tapi biarlah adik Kim Yoongi berbicara

"apa yang terjadi denganmu?" pemuda pucat yang duduk tepat disampingnya melontarkan pertanyaan dengan nada tak bersahabat, "kau bertanya padaku hyung?"

"hei, ini masih terlalu pagi oke, lebih baik jika kita menghindari perdebatan" anak tertua tertawa garing setelahnya, "perdebatan yang kau maksud adalah kebenaran yang kalian bantah setiap saat"

Srekk

Namjoon berdiri lalu meninggalkan ruang makan, dengan Dong wook yang memijit pelipisnya pelan. Bukankah seharusnya kepala keluarga tersebut merasa menyesal karena tak bisa menyatukan anggota keluarganya?.

.
.
.

"kang ahjuma, buatkan Kookie susu pisang"

"ne!" suara keras dari dapur menjawab, membuat bungsu Park tersenyum kegirangan

Mata bulatnya kemudian menyapu setiap sudut rumahnya, Sepi. Kemana kakak bantetnya, kenapa belum turun dan duduk diruang makan?.

Ah, mungkin Jimin kesiangan, 'biarkan sajalah, toh yang kesiangan Jimin hyung bukan Kookie'.

.
.
.

"bagaimana Appa?"

"Appa sudah berbicara dengan dokter yang menangani adikmu, dia akan memeriksa keadaan adikmu dahulu sebelum memutuskan apakah Tae boleh pulang atau belum"

SORRY || kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang