CHAPTER 12

657 57 1
                                    

Sorry For Typo




Yonggi memutuskan panggilannya secara sepihak lalu setelahnya dia menatap sang hyung sembari tersenyum
   "ada apa?"
   "aku mendapat kesempatan bagus"

Dengan tidak sopannya Yonggi melenggang pergi begitu saja meninggalkan sang kakak yang masih mencoba memahami ucapan adiknya tersebut.

Dengan langkah santai dia melangkahkan kakinya keruangan orang paling penting digedung tersebut, siapa lagi kalau bukan ayahnya. Pintu diketuk pelan oleh pemuda pucat tersebut.

Kemudian sebuah suara menyuruhnya masuk tanpa menunggu Yonggi lalu membuka pintu tersebut dan mendekat kearah Dong Wook yang sedang asyik duduk dikursi kebesarannya.

   "ouh ternyata kau Yonggi" ucapnya ketika melihat anak keduanya mendekat kearah dia duduk
   "ayah apa kau tau? Anak sialan itu sedang sekarat sekarang dan membutuhkan banyak darah"
   "lalu?"
   "kita bisa manfaatkan ini"

>••<

Namjoon menanti kehadiran pemuda pucat itu dengan gelisah, sudah beberapa menit dia ada didepan rumah sakit besar itu tapi sang hyung tak kunjung datang.

   "Namjoon ah" suara itu Namjoon tau milik siapa, Namjoon dengan segera menggandeng tangan sang hyung agar segera melakukan tranfusi darah

Yonggi, pemuda pucat itu hanya nurut saja ketika sang adik memerintahnya, bukan..bukan berarti Yonggi tulus melakukan itu dia menurut karena dia sudah menyiapkan sebuah rencana.

   "apa sudah hyung?"
   "sudah, Namjoon tepati janji mu" Namjoon menunduk dia kurang yakin dengan ucapannya pada Yonggi, tapi semua sudah terjadi
   "apa Yonggi hyung tak mau menjenguk Tae terlebih dahulu?" Yonggi berfikir sejenak, dia ingin kembali kekantor tapi hatinya menginginkan hal yang berbeda
   "aku akan disini dulu, bukan berarti aku ingin menemui si anak sialan, tapi karena aku bosan dikantor"

Yonggi lalu berjalan menjauh dari hadapan Namjoon arah langkahnya menuju kekantin, Namjoon tersenyum setidaknya sang hyung mau mendonorkan darahnya untuk Taehyung, itu saja cukup bagi Namjoon.

>••<

Kang ahjuma terus menatap jalanan yang ada didepan rumah tuannya, tadi dia mendapat telfon dari sekolah mereka mengatakan bahwa kedua tuan mudanya bolos.

Hal itu tentu membuat Kang ahjuma cemas mereka itu anak yang penurut, dan sangat kecil kemungkinan jika mereka berani membolos, tapi apa ini? Mereka benar-benar membolos. Kang ahjuma yakin ada yang tidak beres.

Kemudian sebuah mobil berhenti dan mengeluarkan seorang pemuda tampan lalu menghampiri Kang ahjuma
   "ahjuma.." panggil sang pemuda yang bukan lain adalah Hoseok
   "ada apa tuan Jung?"
   "kenapa ada diluar?"
   "begini, tuan muda Jimin dan Kookie belum pulang kerumah, katanya mereka membolos, ahjuma sangat khawatir"
   "Jimin Jungkook? Mereka sedang dirumah sakit"
   "apa! Tapi, siapa yang sakit? apa mereka terluka?"
   "tidak, katanya teman mereka sedang berada dirumah sakit"
   "kamshahamnida..tentang informasinya"

Hoseok mengangguk lalu kembali menaiki mobilnya dan masuk kedalam halaman rumah mewahnya.

Ada sebuah rasa yang menelusup kedalam hati wanita tersebut ketika tuan muda Jung mengatakan 'teman'. Entah rasa apa yang sedang memenuhi hati Kang ahjuma, dia sendiri pun bingung. Tapi yang terpenting kedua tuan mudanya dalam keadaan baik-baik saja.

>••<

Namjoon menghampiri Jimin dan juga Jungkook, dia lalu mendudukan dirinya disamping pemuda bergigi kelinci.

   "kalian pulanglah.."
   "tapi hyu-"
   "hyung mohon, keluarga kalian akan mencari nanti"
   "kalau begitu aku dan Jungkook pulang dulu, kabari kami jika si alien itu sadar"
   "ye"

Kedua teman Taehyung pun pulang meninggalkan Namjoon sendirian didepan ruangan yang entah kenapa pintunya tak kunjung terbuka. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyentuh bahunya dengan lembut.
 
   "apa yang sebenarnya terjadi padanya?" Namjoon nenghapus air matanya saat mendengar pertanyaan tersebut
   "dia.."

Ceklek

Pintu tersebut terbuka menampakan seorang dengan pakaian kebesarannya, Namjoon sontak berdiri dan menghampiri sang dokter.
   "uissa bagaimana keadaan adikku?" tanyanya
   "adikmu tadi kehilangan banyak darah dan untungnya transfusi segera dilakukan, jadi sekarang adikmu baik-baik saja"

Namjoon bernafas lega ketakutannya musnah meninggalkan segaris senyum dibibirnya, Yonggi yang mengemati mereka tak menunjukan sebuah ekspresi senang ataupun sedih.

>••<

Tangan kekar itu memegang dengan erat sebuah tangan milik pemuda yang sangat dia sayang, Taehyung pemuda itu masih enggan membuka mata elangnya, Taehyung tidak terusik sama sekali dengan nassal canula yang menemani tidurnya.

Suara pintu terbuka terdengar sangat jelas ditelinga Namjoon, tapi pemuda ber IQ tinggi itu malas untuk sekedar melihat siapa orang yang datang diruang rawat adiknya.

   "Namjoon ah"
   "maaf hyung..hiks maaf aku tidak bisa-"
   "aku tau kau sangat menyayangi anak ini, jadi aku tak akan memintamu untuk menjahui dia" mendengar itu hati Namjoon antara percaya dan tidak percaya dengan ucapan Yonggi

   "kau sungguhan hyung?"
   "ye, kau taukan aku tak suka basa-basi, tapi ingat kau punya hutang padaku dan aku akan menagihnya kepanpun aku mau"

Yonggi lalu berjalan keluar kamar Taehyung entah kenapa saat melihat adik yang dia benci sedang dalam keadaan seperti itu hatinya sakit, tapi egonya memaksa agar tidak memperdulikan rasa itu.

Namjoon masih duduk disamping Taehyung tapi tatapannya kosong, otak cerdasnya sedang memikirkan apa kiranya yang akan diminta oleh hyung nya itu.

>••<

Dong Wook memasuki rumah besarnya dengan santai seakan tak terjadi apapun, padahal dia tau betul bahwa Taehyung sedang tak baik-baik saja sekarang.

Dia lalu melangkahkan kakinya menuju kamar paling luas dirumah itu

ketika dia membuka pintu sudah ada wanita cantik yang memunggunginya dengan bahu yang bergetar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ketika dia membuka pintu sudah ada wanita cantik yang memunggunginya dengan bahu yang bergetar.

   "kau kenapa?" tanyanya tapi sayang yang ditanya terus saja terisak
   "ada apa?" Dong Wook bertanya lagi sembari memegang tangan sang istri dan menjadikan lututnya sebagai tumpuan badannya
   "aku..aku..khawatir pada Tae.. Hiks" air matanya keluar begitu saja tanpa persetujuannya, ingat itu hanya air mata palsu

Dong Wook lalu duduk disamping sang istri dan memeluknya dengan erat, mencoba memberikan kehangatan kepada wanita yang ada dipelukannya sekarang.
  
   "aku tak tau, jika hatimu sebaik ini"
   "dia juga anakku bukan?"
Hwasa melepaskan pelukan Dong Wook dan berdiri, Dong Wook jelas tidak mengerti dengan apa yang akan dilakukan sang istri
   "aku..aku akan pergi kegudang bawah tanah"










*SORRY_kth








TBC

SORRY || kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang