Tidak Sekolah

589 55 9
                                    

Hai kita lanjut nih ya:v Mon maaf di part sebelumnya bukan lanjutan cerita hehe soalnya itu aku lagi gabut aja wkwk

Happy Reading ✨
Jangan lupa vote dan komen ❤️

Salam hangat:)

Salam hangat:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Satu hari tidak bertemu saja rasa ini berat, apalagi tidak pernah bertemu pasti akan terlalu sakit

-Reyhan Pradita-

***

"Kamu gak usah sekolah dulu! kamu dirawat dulu selama 3 hari disini ya," ujar dokter Fandi sambil duduk di samping Meyla dan membawakan makanan untuk Meyla.

"Tapi dok-"

"Sutt.." sambil menyimpan jari manisnya tepat di bibir Meyla.

Mereka saling menatap lekat, jarak mereka hanya beberapa centimeter saja. Meyla diam tidak berkutik begitupun dokter Fandi sama seperti Meyla.

Mereka pun sadar akan lamunannya yang membuat mereka saling diam dan menatap. Canggung itulah yang mereka rasakan setelah kejadian tadi.

"Nih makan dulu! gak usah pikirin masalah kamu, pikirin sekarang adalah kesehatan."

Benar kata dokter Fandi yang harus ia pikirkan sekarang adalah kesehatannya, ia tidak mau berlarut dalam kesedihan karena masalahnya itu. Ia tidak mau lari dari masalah ia akan menyelesaikannya walau mungkin membutuhkan sebuah proses.

Akhirnya Meyla menurut, ia tidak sekolah. Tapi Meyla yakin murid-murid disekolah berpikiran bahwa ia benar-benar tidak punya harga diri yang menghilang tanpa jejak.

Masa bodo dengan semuanya, akhirnya Meyla pun makan bubur yang sudah disiapkan, rasanya seperti pahit sekali, namun ia mencoba memaksakan untuk memakan bubur itu.

"Dokfan?"

Dokter Fandi yang sedang memainkan handphone pun beralih menatap Meyla.

"Kenapa?"

"Biaya rumah sakit berapa?"

"Gak usah pikirin itu, udah saya bayar!"

"Berapa dok? Nanti saya ganti."

"Gak usah, saya ikhlas untuk bayar semuanya, saya keluar dulu ada pasien."

Saat dokter Fandi berdiri Meyla memegang tangan dokter Fandi.

"Makasih dok, saya sayang dokter. Dokter sudah saya anggap seperti kakak saya." Ucap Meyla dengan tersenyum manis.

"Sayang sebagai?" tanya dokter Fandi sambil mengangkatkan sebelah alisnya.

"Sayang sebagai kakak."

"Iya, saya juga."

Kemudian dokter Fandi keluar dari ruangan Meyla, dia merasa sedikit sakit saat mendengar ucapan Meyla  itu.

I'm Fine[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang