Hallo, bagaimana dengan daringnya?
Semoga lancar-lancar ya ngerjain tugasnya.Btw, part yang cast aku hapus ya. Kenapa? Sengaja, karena kalau orang itu kan nanti kalian bisa mendeskripsikan sesuai apa yang kalian pikirkan. Jadi, aku hapus part-nya.
Lanjut baca yuk
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YANG BANYAK
***
Hidup itu butuh perjuangan, lelah dan letih itu sudah biasa. Namanya juga perjalanan hidup, gak akan selamanya mulus begitu pun sebaliknya
***
Meylania berada di ruang operasi, Fandi hanya bisa melakukan yang terbaik bagi Meylania. Berharap, Meylania keluar dari zona kritisnya. Semenjak kejadian tadi pagi, Fandi melihat Meylania yang sudah terpingsan lemas, ia langsung membawanya ke ruangan operasi.
"Meylania, bangun. Aku mohon," lirih Fandi yang ada di samping Meylania.
Operasi Meylania berjalan lancar, ternyata Fandi sudah tahu akibatnya, mengapa Meylania terlihat pucat seperti orang yang membutuhkan energi. Ternyata darahnya turun drastis.
"Apa kamu mendonorkan darahmu itu? kenapa Meylania? Kenapa?! kamu juga butuh waktu untuk sembuh Mey, tidak seperti ini. Aku akan datang menghampiri mereka! agar mereka juga tahu kondisi kamu yang sebenarnya."
Ucapan Fandi memang tidak main, setelah memeriksa Meylania. Ia keluar dari ruangan pemulihan itu. Ia bertekad untuk memberitahu semuanya.
Fandi pergi tergesa-gesa untuk datang ke rumah sakit di mana, kakaknya Meyla sedang di rawat. Mereka harus tahu, bahwa Meylania juga membutuhkan semangat dari keluarganya, bukan malah di benci begitu saja.
***
"Ayah, siapa yang mendonorkan darahnya, untuk aku?" tanya Nitalia, sambil memeluk ayahnya itu.
"Ayah juga tidak tahu nak, semoga orang itu baik-baik saja sekarang. Dia orang baik, tidak seperti adikmu! adikmu sama sekali, tidak mau mendonorkan darahnya untukmu. Dia emang anak kurang ajar!" ucap Regal, dengan rahang yang sedikit mengeras, dan nafas yang kasar.
"Mama, baik-baik aja kan ayah?"
"Mama, sedang istirahat nak, ia lemas sekali, karena mama juga mendonorkan darahnya untuk kamu."
Nitalia mengangguk. "Maafin, aku ya ayah," lirihnya sambil menatap Regal dengan sendu. Jika ia tidak membawa mobil sendiri, mungkin tidak akan kejadian seperti ini. Padahal ayahnya sudah melarangnya untuk tidak membawa mobil sendiri. Namun, takdir berkata lain.
Kita tidak bisa merubah sebuah takdir, apapun itu yang terjadi, itu sudah menjadi ketentuannya. Kita juga tidak bisa menentang takdir. Karena, kita memanv benar-benar tidak bisa merubah takdir, namun takdir bisa merubah kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine[✓]
Novela JuvenilHAPPY READING! (INI CERITA PERTAMA YANG MASIH ABSURD DAN ACAK-ACAKAN!) (TAHAP REVISI BERJALAN, MULAI DARI ALUR DAN TANDA BACA!) MOHON DI MAKLUMI JIKA PENULISANNYA BELUM RAPI, KARENA SAYA BELUM MEREVISINYA༎ຶ‿༎ຶ Terdapat adegan kasar, boleh beri kriti...