Prolog

77K 3.2K 78
                                    

"Agrio gak mau sekolah di sekolah Papi dulu,"

Safarez dan Rezvan membelalakkan bola matanya kompak sedangkan Xavera dan Acacia tersenyum senang.

"Loh kenapa?" tanya Agria, kembarannya.

Agrio menggeleng pelan. "Pokoknya Agrio mau di SMA Puspita,"

Safarez menghela napasnya. "Agrio, kan sama aja. Kalau Agrio di sekolah Papi sama Opa dulu kan nanti Agrio bisa jadi penerus Papi sama Opa," ucap Safarez dengan sabar.

"Justru karena itu makanya Agrio gak mau," balas Agrio sengit.

Safarez menghela napasnya. Sejak kecil memang dirinya kerap kali berdebat dengan putra sulungnya. Agrio seperti kebalikan Safarez secara utuh. Apa yang dilakukan oleh Safarez dulu saat remaja sangat berbanding terbalik dengan apa yang Agrio kini lakukan.

"Emang kenapa sih?" tanya Rezvan.

Safarez juga mendengus kesal. Usapan Xavera di lengan Safarez tak kunjung membuat Safarez meredakan rasa kesalnya.

"Agrio pokoknya gak mau di sana. Lagian temen-temen Agrio juga di SMA Puspita,"

"Tapi kan-"

"Rez udah," lerai Xavera lembut. Safarez menatap kesal istrinya lalu mengangguk tetapi menampilkan wajah cemberutnya.

"Ih Agrio gak asik! Agria kan mau di sekolah Papi. Terkenal banyak cogannya!"

"Agria..." peringat Safarez sembari memijit kepalanya pusing.

"Emang sebanyak apa Ya?" tanya Acacia dengan semangat.

Rezvan mendengus seakan-akan Acacia lupa pada umurnya yang sudah renta.

"Banyak Oma. Apalagi Kak Langit yang sekarang jabat jadi ketua CASTOR-"

"Agria cukup ya," ucap Safarez memotong.

"Jangan sampai Papi turunin jabatan Langit," ancam Safarez membuat Agria mendengus kesal. Papinya terlalu protektif.

Agria melirik malas pada Papinya yang kini memijat keningnya.

"Padahal Ia cuma ngomong jujur," gerutu Agria.

Agrio yang irit berbicara dan bermulut pedas berbanding terbalik dengan Agria yang bawel dan susah diatur. Agria yang biasa dipanggil Ia itu tipikal gadis yang terlalu bersemangat seperti Omanya dulu. Safarez sampai bingung, ngidam apa Xavera dulu sampai anak mereka seperti ini. Agrio dan Agria bagai kembar dengan sifat yang sangat bertolak belakang.

"Ya udah kalau lo mau masuk sana. Tapi gue gak mau," balas Agrio cuek. Safarez semakin mendecak membuat Acacia tertawa.

"Rasain! Keras kepala kan sama kayak kamu dulu," ucap Acacia. Safarez mendengus sebal. Bundanya bukannya membantu malah menertawakannya.

"Ya gimana sih? Masa kalian pisah?" tanya Safarez kesal.

"Ya udah Papi daftarin Agrio di Puspita, biar Agria di High Hopes. Gampang kan?" ucap Agrio lalu lelaki itu memilih bersandar.

"Bang Grio keren banget," puji Akarez, adiknya sembari menatap Agrio dengan kagum.

"Ya masa pisah sih? Tau lah. Xa kamu bilangin deh ke anak kamu," kesal Safarez.

Xavera mendecak lalu memandang kedua anaknya yang kembar itu dengan lembut.

"Siapa yang mau ngalah?" tanya Xavera pelan.

Agrio menatap Maminya lalu menggeleng. Agria juga tak kalah keras kepalanya. Gadis itu juga ikut menggeleng. Benar-benar turunan Safarez yang keras kepala.

Xavera menatap kedua anaknya lalu tersenyum miring. Ia mengetahui sifat kedua anaknya. Tentu saja Xavera juga tau kelemahan keduanya.

"Oke gini. Mami setujuin kalau kalian mau dengan pilihan kalian masing-masing,"

"Xa-" protesan Safarez langsung terbungkam akibat lirikan tajam Xavera.

"Kalau Agria mau di sekolah Papi dulu, Agria tinggal di rumah Opa sama Oma. Agria tau kan jarak dari rumah kita ke sekolah itu jauh?"

Agria bungkam. Ia bergidik ngeri. Tinggal di rumah Opa dan Omanya sih tidak masalah. Tapi bertemu sepupunya, Draven, yang merupakan anak dari Hazel dan Raja yang suka sekali mengganggunya membuat Agria bergidik. Meskipun lelaki itu berada empat tahun di bawah umurnya, namun kejahilan lelaki itu membuat Agria membenci sepupunya itu.

Mata Xavera beralih menatap Agrio. "Dan untuk Agrio, kalau mau di SMA Puspita, Mami gak kasih kamu bawa kendaraan sendiri,"

Xavera tersenyum puas. Ia tahu betapa cintanya Agrio dengan otomotif. Bahkan Xavera sempat kesal pada Safarez saat suaminya itu terlalu menuruti apa yang Agrio mau.

Mata Xavera menatap keduanya. Ia tersenyum melihat kedua anak itu sama-sama membelalakkan matanya kompak.

"Terus Grio naik apa dong?"

Xavera tersenyum miring. "Dianter supir dong. Kalau kamu maksa ya cuma boleh bawa sepeda aja. Kan jaraknya deket,"

"Mami gak bisa-"

"Deal?"

🎈🎈🎈

HAIIIIIIIII SELAMAT DATANG DI CERITA AGRIO! Agrio ini ceritanya akan sedikit lebih beda dibanding cerita-cerita aku sebelumnya jadi pastiin kalian selalu vote supaya aku makin semangattt bikinnya!

Oh ya ini sekedar informasi aja sih biar kalian bacanya enak. Agrio itu biasa dipanggil Agrio, Grio, Gri. Sedangkan Agria itu biasa dipanggil Agria, Ia, Ya. Kalau Akarez biasanya dipanggil Akarez, Karez, Rez. Itu aja si supaya kalian gak salah paham pas baca.

YUKKK VOTE CERITAA INI dan COMMENT supaya lanjuuuutt...

Sampai ketemu di bab selanjutnya!

AGRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang