Jung Sarang merasa kalau hidupnya selalu saja terkena sial.
Segala hal yang dia lakukan selalu saja tidak berjalan lancar meskipun sudah berusaha untuk menanggulanginya.
Sampai suatu hari ponsel Sarang terpasang sebuah aplikasi aneh bernama Fortune...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jalan setapak yang dilalui setiap akan mendekati gerbang, aku melihatmu melambaikan tangan dari kejauhan."
.....
****
Hari ini aku sudah diperbolehkan masuk sekolah karena kondisiku sudah sedikit lebih baik, ini sudah hari kelima sejak Ryujin terkena skors, dia sudah pulang ke rumahnya sejak dua hari lalu karena tidak mungkin menginap lama-lama.
Akan tetapi aku berkata padanya agar dia sering-sering bermain ke sini, karena sekolah tanpa Ryujin pasti akan terasa sepi.
Ibu memasak begitu banyak makanan sehat serta sayuran meskipun tahu kalau aku tidak terlalu suka memakan sayur.
"Tidak ingin makan buah-buahan dulu?" tawar ibu saat melihatku meletakkan sendok makan di atas piring kosong.
Aku menggeleng, "Tidak mau, aku sudah kenyang."
Ayah juga sudah bersiap-siap ingin berangkat kerja, dia mungkin melihat wajahku sedikit lebih pucat, dia juga menjadi jauh lebih khawatir.
"Apa tidak sebaiknya kau izin tidak berangkat?" usulnya.
Ibu mengangguk setuju.
Tentu saja aku menggeleng tidak mau, karena aku sudah izin tidak masuk sekolah beberapa kali sudah pasti banyak pelajaran yang tertinggal, kasihan sekali Jake harus merangkum materi untukku dan Ryujin.
"Sudah bawa vitamin?" tanya Ibu.
"Sudah," jawabku sambil tersenyum lebar.
Aku segera pergi dari meja makan untuk meletakkan piring kotor tepat sebelum Ibu mulai memberikan pencerahan dengan omongan sepanjang kereta.
Aku duduk tenang di sofa ruang menonton sambil memakai sepatu, tepat di sebelahku ada Kak Jaehyun sedang fokus menonton film Avangers hingga melewatkan jam sarapan bersama-sama.
Hari ini dia sedang tidak memiliki jadwal kuliah sehingga dia akan menghabiskan waktunya sesuka hati, terlebih lagi kedua orang tua kami akan pergi bekerja sebentar lagi.
"Cepat, kau akan kuantar," ujar Kak Jaehyun.
Dia segera mengambil kunci motor dan mengantarkanku ke sekolah. Padahal jarak antara sekolah dan rumah tidak terlalu jauh, aku masih bisa menepunya dengan menaiki bus sekolah yang selalu lewat di depan rumah.
Akan tetapi Kak Jaehyun terlalu bersikeras kalau dia bisa mengantar jemputku, serta marah sambil berkata kalau aku masih memiliki kakak yang bisa diandalkan.
"Kak, nanti turunkan aku di depan Mentari Mart saja, aku ingin membeli sesuatu di sana," ucapku pada Kak Jaehyun.
Lelaki itu memang tidak menjawab sama sekali, dia hanya diam sambil membelokkan motor melewati gerbang sekolah ke arah Mentari Mart tepat di sebelahnya.