Jung Sarang merasa kalau hidupnya selalu saja terkena sial.
Segala hal yang dia lakukan selalu saja tidak berjalan lancar meskipun sudah berusaha untuk menanggulanginya.
Sampai suatu hari ponsel Sarang terpasang sebuah aplikasi aneh bernama Fortune...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bagaimana bisa aku menyukaimu? Bagaimana bisa aku memberikan hatiku? Bagaimana bisa aku jatuh padamu? Beritahu aku apa yang seharusnya aku lakukan? Drama di hatiku tidak akan berakhir, sampai aku mendapatkanmu."
....
****
Kedua mata Somi yang menatap penuh kesal dan benci benar-benar menakutiku, satu-satunya hal yang bisa kulakukan hanyalah berusaha membalas tatapan itu meskipun dengan pandangan bergetar.
“Kau sudah salah paham, tolong jangan menuduh Ryujin lagi …,” ucapku pelan.
Perlahan Somi mencengkram kedua bahuku begitu erat, meskipun begitu aku tetap harus membela Ryujin dan membersihkan kesalahpahaman ini.
“Tolong jangan memarahinya atas hal yang sudah tidak dia lakukan, lalu berhentilah menganggap Jake sebagai orang yang tidak normal, tolong jangan sakiti mereka.”
Aku tahu kalau siapapun mungkin tidak senang atas pembelaanku bahkan Jake ataupun Ryujin tidak beranjak dari tempat mereka, tidak ada satupun.
Somi mendorongku ke samping hingga tanpa sengaja aku membuat keributan dengan membuat kursi-kursi di bangku depan jatuh.
Seperti terseret udara, aku terjatuh ke lantai.
Sunghoon berdiri dari bangkunya dan dia menghampiri, “Apa yang kau lakukan?! Mengapa kau selalu melakukan kekerasan fisik pada Sarang!” ucapnya.
“Jangan ikut campur! Orang asing,” sahut Chenle.
Salah satu murid menarik lengan Sunghoon agar menjauh perlahan-lahan sembari menggeleng, meminta Sunghoon tidak ikut campur pada permasalahan ini.
Benar.
Tidak ada seorangpun yang boleh membelaku, atau mereka juga akan menderita seperti Ryujin ataupun Jake, itu sudah peraturannya.
“Berhentilah bicara nelantur, Jung Sarang. Bukankah kau sendiri yang menyebarkan informasi itu? ‘jangan sakiti mereka’? bukankah kau sendiri yang menyakiti teman-temanmu,” ucap Minjeong begitu dingin.
“Kau dulu bahkan menyakiti Byeol,” sambungnya.
Lagi-lagi aku diam dan bibirku mengatup kuat, aku tidak bisa membela diriku.
Tidak akan ada satu orangpun yang akan percaya jika aku membela diri, namun jika aku terus seperti ini maka semua orang akan percaya kalau Ryujin menyebarkan video tidak senonoh Somi dan aku menuduh Jake sebagai banci.
Keluarga Jake sangat baik, mereka melakukan pengobatan psikologis padaku, membiayai rumah sakitku dan membiayai sekolahku, bagaimana bisa aku membalas kebaikan semua orang dengan cara seperti ini ….
“Mereka orang yang sangat baik, bagaimana bisa aku—“
Tiba-tiba Somi menginjak dadaku hingga tanpa disadari aku sudah jatuh tertidur di atas lantai, dia tetap pada posisi itu sambil terus menatapku dan sepatunya yang tepat ada di atas dadaku seakan mengancam.