"Sejak langit berubah menjadi
biru ketika fajar,
ataupun berubah menjadi
kemerahan ketika terbenam,
suara yang perlahan menjauh di
ujung jalan sana,
perlahan-lahan pula warna
biru yang menghujaniku
telah pudar."****
Seorang anak kecil berumur 6 tahun yang begitu lugu berjongkok sendirian di taman bermain, suasana sore terlihat begitu jelas di langit senja namun dia tetap berjongkok untuk bermain pasir seorang diri.
Peraturan tidak tertulis di perumahan ini adalah anak-anak tidak diperbolehkan bermain di taman melebihi jam lima sore, tetapi gadis kecil itu malah bermain hingga hampir jam enam petang.
Seorang anak laki-laki yang begitu sibuk setelah menjalani les ice skating tanpa sadar dia melihat gadis kecil di taman bermain seorang diri.
"Apa yang kau lakukan di taman bermain jam segini?" tanya bocah laki-laki itu seraya berjalan mendekat.
Gadis kecil mendongak, "Membuat bola," jawabnya.
Bocah laki-laki menggeleng pelan melihat tingkah gadis kecil di hadapannya, dia mengulurkan tangan dan menarik gadis kecil itu untuk berdiri.
"Ini sudah hampir petang, anak kecil seperti kita dilarang untuk bermain."
"Tapi aku baru saja sampai."
"Tetap saja tidak boleh! Di mana rumahmu? Akan kuantar sampai rumah, anak perempuan sepertimu tidak boleh berjalan sendirian."
Gadis kecil itu hanya mengangguk pelan tanpa menjawab dengan kata-kata, dia membiarkan bocah laki-laki tadi menarik lengannya.
"Rumahmu di mana?"
"Blok lima."
"Benarkah? Rumahku juga di sana, apa kau orang baru yang pindah di dekat rumahku?"
"Iya mungkin, hehe."
Bocah laki-laki itu mengangguk-angguk paham, rupanya benar, gadis kecil tersebut tinggal di rumah seberang jalan walaupun memiliki jarak beberapa rumah, tidak benar-benar saling berhadapan.
"Terima kasih, namamu siapa?" tanya gadis kecil itu.
"Namaku Park Sunghoon, kalau kau?"
"Jung Sarang."
Sunghoon kecil menyahut tangan Sarang yang terulur ke arahnya, mereka berdua saling memberi senyuman satu sama lain.
"Besok kau tidak boleh main petang hari seperti ini, kalau kau mau aku akan mengajak anak-anak di sekitar sini untuk bermain bersamamu juga, kita semua akan menjemputmu."
"Iya, terima kasih," jawab Sarang dengan senyuman bahagia.
Park Sunghoon adalah anak yang begitu bersahabat.
Dia bisa akrab dengan siapa saja dan bermain dengan siapa saja, dia pintar dan begitu membantu teman-temannya yang lain, berkat bantuan dari Sunghoon akhirnya Sarang bisa akrab dengan anak-anak di sekitar perumahan mereka.
Walaupun Sarang sangat ceroboh dan tidak terlalu pandai diajak bermain secara fisik, mereka tetap tertawa bersama dan gembira karena Sunghoon selalu menolong Sarang.
"Sunghoon dan Sarang cocok sekali!"
"Benar! Kalian sangat cocok, apakah kalian akan menikah saat sudah besar nanti?"
Sarang terbelalak bingung, "Memang menikah itu apa?" tanyanya.
"Menikah artinya hidup bersama sampai tua," jawab Sunghoon atas pertanyaan Sarang, begitu polos dan tidak ada maksud tertentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortune Diary [TXT - Beomgyu]
Hayran KurguJung Sarang merasa kalau hidupnya selalu saja terkena sial. Segala hal yang dia lakukan selalu saja tidak berjalan lancar meskipun sudah berusaha untuk menanggulanginya. Sampai suatu hari ponsel Sarang terpasang sebuah aplikasi aneh bernama Fortune...