[Diary 47] New Day

649 218 57
                                    

"Taman ini dipenuhi olehmekarnya kesepian,aku menemukanmu di tempatbiasa kita bertemu,hanya saja di dalam hatikupada akhirnya, aku berpikirakankah kau juga meninggalkanku?Saat semuanya berubahkembali menjadi kesepian,akupun merasa takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Taman ini dipenuhi oleh
mekarnya kesepian,
aku menemukanmu di tempat
biasa kita bertemu,
hanya saja di dalam hatiku
pada akhirnya, aku berpikir
akankah kau juga meninggalkanku?
Saat semuanya berubah
kembali menjadi kesepian,
akupun merasa takut.

Seandainya aku memiliki
sedikit keberanian
untuk berdiri di hadapanmu,
aku ingin kau menyukaiku."

....

****

Saat aku membuka mata, hal pertama yang kulihat adalah Ibu dan Kak Jaehyun, suara-suara penuh rasa kebahagiaan dan kesedihan yang memenuhi ruangan ini, mereka semua menangis sambil menatapku, memastikan agar aku tidak menutup mata lagi.

Dokter datang untuk memeriksa, memintaku untuk memberitahu apa saja yang kurasakan pada fisikku, aku tidak terlalu banyak mengatakan hal tidak penting, aku hanya berkata bahwa kakiku seperti mati rasa.

Dokter mengatakan bahwa sudah lima bulan aku tidak sadarkan diri karena itu otot kakiku menjadi sulit digerakkan.

Saat dokter itu pergi aku hanya berbaring dalam diam, menatap langit-langit ruangan tanpa memperdulikan ucapan kedua Kak Jaehyun yang penuh dengan kesedihan sekaligus rasa syukur. Karena aku masih hidup.

Namun di balik semua itu, aku justru membenci hal ini.

Mengapa aku tidak mati saja.

Biaya rumah sakit sangat mahal, dengan masuk ke tempat ini maka orang tuaku harus mencari uang untuk biaya pengobatan bodoh ini.

Tetapi bagaimana bisa usaha bunuh diriku bisa gagal?

Apakah karena Beomgyu?

“Harusnya kau harus lebih berhati-hati kalau berjalan di samping jembatan, mengerti?” nasihat Kak Jaehyun.

Dia tersenyum seakan tidak banyak yang ingin dia katakan, padahal seharusnya sekarang dia marah-marah seperti biasa namun dia hanya mengusap kepalaku seakan mengatakan kalau semua akan baik-baik saja.

Apakah mereka tidak tahu kalau aku mencoba untuk bunuh diri?

Tidak, raut wajah itu sudah jelas kalau mereka berdua hanya berpura-pura tidak tahu, bahkan meskipun aku sudah terbangun, Ibu tetap terlihat sangat sedih.

Aku menoleh, melihat ibuku yang duduk di samping ranjang, dia menatapku dengan tatapannya yang begitu rapuh seperti kaca.

Saat aku menatap tatapan ibuku tanpa merasakan apapun, saat itulah ibuku menangis.

Dia berusaha untuk menyembunyikan air mata itu dengan menghapusnya, tetapi aku sudah melihat air mata itu.

“Maafkan Ibu.”

Fortune Diary [TXT - Beomgyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang