"Seberapa besar pun perubahan
tinggimu, tetap saja
ada hal yang tidak akan berubah,
didukung oleh bayangan
yang tak ada artinya."....
****
6 tahun lalu.
Hari dimana salju kedua turun di siang hari.
Jake menatap ke luar kaca mobil, mengamati setiap butiran salju yang jatuh atau menempel, rasanya begitu asing, mungkin karena ini adalah kunjungan pertamanya ke Korea setelah bertahun-tahun.
“Hari ini kita akan bertemu dengan sahabat ayah semasa kuliah dulu,” ucap sang ayah yang duduk di bangku mobil bagian depan.
“Sudah bertahun-tahun kita tidak melihat Sarang, apakah sekarang dia sudah sebesar Jake?” tanya ibu sambil mengusap kepala Jake di belakangnya.
Lelaki itu tidak tahu siapa yang sedang kedua orang tuanya bicarakan, namun dia segera tahu ketika mereka memasuki sebuah rumah sederhana milik keluarga Jung, sebenarnya Jake tidak terbiasa dengan rumah kecil seperti ini.
Hanya saja bukan berarti dia benci.
Kedua mata itu menatap ke segala arah di ruang tamu, memperhatikan desain biasa serta minimalis dari keluarga sederhana.
Ayahnya bilang kalau ayah Jung adalah temannya semasa kuliah dan dia termasuk murid yang sangat berbakat, sejak dulu mereka berdua saling tolong menolong, kini kedua orang asing itu sudah menjadi seperti keluarga.
“Jaehyun, tolong kau ajak Jake ke ruang tengah, panggil juga Sarang agar kalian bisa bermain bersama-sama.”
Seorang gadis yang sangat-sangat pemalu menatap Jake dari balik punggung kakaknya ketika dia duduk di ruang tengah, dia tidak menyapa ataupun berbicara, raut wajah canggungnya membuat Jake ikut menjadi kaku.
Dia memiliki kepala kecil dan tubuh mungil, rambutnya begitu panjang dan terlihat benar-benar lugu, seakan tidak pernah mengenali dunia luar.
“Si-siapa namamu?” tanya Jake begitu canggung saat mereka berdua harus duduk di sofa yang sama sambil bermain game.
“Jung Sarang … kalau kau?”
“Namaku Jake Shim.”
Gadis kecil itu tersenyum manis seakan menyambut kedatangan Jake, ketika dia menyambut tangan Sarang untuk pertama kali, sejak saat itu Jake merasa yakin kalau kini mereka telah menjadi sahabat sekaligus saudara.
“Sarang sejak kecil tubuhnya sangat lemah, bahkan beberapa tahun lalu dia harus dirawat karena didagnosis terkena lemah jantung ringan, walaupun tidak berbahaya tetapi itu pasti sudah cukup membuatnya menderita.”
“Sayang sekali ….”
Jake tidak pernah tahu akan hal itu.
Karena ketika Sarang tersenyum, dia seakan menutupi segala hal di dalam dirinya, pertemuan pertama beberapa saat lalu memang sangat menyenangkan, meskipun mereka berdua sama-sama pendiam namun Sarang ataupun Jake mampu membuat obrolan masing-masing.
Lain kali, jika diberi kesempatan … Jake ingin bermain bersama Sarang lebih lama lagi.
“Jake, Ayah Sarang dulu telah membantu banyak keluarga kita, dia juga selalu membantu ayah, jadi kau harus selalu melindungi Sarang karena secara tidak langsung dia adalah saudaramu, kau dan dia akan terus bertemu hingga tua nanti, ingat itu.”
Tidak tahu apa yang sudah terjadi di masa lalu, namun Ayah Jake tampak begitu semangat ketika membicarakan keluarga tadi.
Padahal jika dilihat dari ekonomi, sudah jelas kalau keluarga Sarang jauh lebih sederhana dibandingkan keluarga Jake yang seperti miliarder, tentu saja fakta itu membuat Jake tidak mengerti mengapa ayahnya begitu menghormati Ayah Sarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortune Diary [TXT - Beomgyu]
Fiksi PenggemarJung Sarang merasa kalau hidupnya selalu saja terkena sial. Segala hal yang dia lakukan selalu saja tidak berjalan lancar meskipun sudah berusaha untuk menanggulanginya. Sampai suatu hari ponsel Sarang terpasang sebuah aplikasi aneh bernama Fortune...