"Kita tidak bisa menebak seperti apa
warna buah manggis jika tidak
dibuka terlebih dahulu,
sepertimu yang selalu saja menutupi
segalanya.
Tapi kau tidak akan bisa
menyembunyikan, apa yang
ada di dalam sana."....
****
Namsan Tower benar-benar menjadi sangat indah.
Karena akan diadakan kembang api tengah malam nanti, tempat ini menjadi benar-benar ramai dan banyak sekali yang berjualan, rasanya seperti festival.
Hiasan-hiasan lampu indah di atas toko tampak benar-benar menarik, ditambah lagi beberapa hiasan pohon diberi lampu-lampu dengan warna berbeda-beda.
Aku terus berjalan sambil tertunduk, melihat sepatu bagus milik Minjeong, Somi dan Chaeryoung, mereka benar-benar golongan gadis muda dengan penampilan keren, rasanya aku seperti orang asing.
Beberapa teman-teman Somi datang hanya untuk bertegur sapa, mereka semua sama-sama terlihat sangat modis dan keren.
"Kenapa kau memakai baju seperti itu? menjijikan sekali," bisik Somi padaku.
Pakaian yang aku kenakan memang tidak sebagus milik mereka bertiga, bahkan sedikit jauh dari kata 'keren' ataupun 'cantik'.
Mereka memakai dress imut di atas lutut dengan tas kecil, ataupun celana panjang keren dengan baju berwarna gelap yang sangat cocok, apapun itu gaya mereka bertiga benar-benar jauh berbeda dariku.
Aku hanya memakai baju panjang hangat dengan celana panjang yang pas di kakiku, bahkan baju panjang itu juga terlihat kebesaran, jika dipadukan dengan jaket yang dipakai tentunya sedikit tidak cocok.
Semua itu bukan karena tanpa sebab, tentu saja karena cuaca yang dingin mengharuskan aku memakai pakaian panjang dan agak tebal agar tidak kedinginan.
"Ayo kita foto-foto dulu!" ajak Chaeryeong.
Dia mengajak Minjeong dan Somi berfoto beberapa kali di tempat yang sama dengan berbagai pose, karena tidak terlalu suka foto-foto aku agak menjauh dari mereka hingga wajahku tidak muncul di layar ponsel milik Chaeryoung.
Setelah puas foto-foto, gadis itu melakukan live di akun media sosial miliknya sambil menunjukkan betapa indahnya sekeliling kami.
"Sarang, bolehkah aku meminta tolong?" tanya Minjeong padaku.
Aku hanya mengangguk.
Dia menunjuk ke sebuah tempat, yakni jajanan terbuka di depan restoran, "Tolong belikan kita jajanan itu dong," pintanya.
"Aku juga!" ucap Chaeryoung, mengakhiri live nya.
"Tolong belikan ya," kata Minjeong sambil menepuk pelan bahuku dan memberi senyuman yang begitu manis.
"I-iya."
Aku berjalan ke arah jajanan itu, untungnya aku membawa uang lebih banyak untuk jaga-jaga, tadinya uang itu akan dipakai untuk jalan-jalan ke sini bersama Ryujin dan Jake.
Sambil menunggu antrian, entah mengapa aku merasa seperti ada yang janggal.
Mungkin karena aku tidak pernah menyangka akan pergi jalan-jalan bersama mereka berdua hingga aku selalu merasa pasti akan ada sesuatu yang terjadi.
Namun itu tidak mungkin terjadi, benar, sekarang Minjeong ataupun Somi sudah tidak terlalu menggangguku seperti dulu, mereka terkadang menyapa dan terlihat sedikit lebih bersahabat.
"Sarang, kita akan mampir ke Café, rasanya lelah berdiri lama-lama," ucap Chaeryoung.
Aku tertegun, "Café mana?"
"Kita bertiga akan menunggumu di Cafe Shopia, kau bawa saja makanan itu ke sana," ucap Somi sambil menepuk bahuku.
Aku hanya mengangguk pelan.
****
Cookies 1
"Sarang, bolehkah aku meminta tolong?" tanya Minjeong.
Sarang menoleh padanya sembari mengangguk.
Dia menunjuk ke sebuah tempat, yakni jajanan terbuka di depan restoran, "Tolong belikan kita jajanan itu dong," pintanya.
"Aku juga!" ucap Chaeryoung dengan semangat.
"Tolong belikan ya," kata Minjeong sambil menepuk pelan bahu Sarang dan memberi senyuman yang begitu manis.
"I-iya."
Sarang berjalan ke arah jajanan itu seakan memang harus membelikan makanan untuk mereka bertiga, sedangkan ketiga orang itu melihat Sarang dari tempat mereka berdiri.
"Kenapa kalian mengajak Sarang pergi bersama?" keluh Chaeryoung sambil menatap Sarang dari kejauhan dengan ekspresi geli melihat pakaian gadis itu.
"Mengapa sebelum pergi kalian tidak memintanya berganti pakaian?"
Minjeong mendengkus pelan mendengar pertanyaan dari Chaeryoung, "Tidak usah kau perdulikan orang seperti dia."
Sebersit ingatan-ingatan di masa lalu seakan kembali datang tatkala melihat Sarang masih sama seperti dulu.
Seorang gadis yang memperkenalkan diri di depan kelas, tersenyum lugu setiap saat dan selalu berkata 'tidak apa-apa' ketika sedang disakiti, raut wajah munafik itu benar-benar membuat Minjeong muak.
Lemah dan suka mencari perhatian.
Selalu ingin dilindungi dan selalu ingin mendapat perhatian.
Dia juga teringat pada Taehyun yang otaknya seakan sudah dicuci oleh tingkah polos Sarang, orang itu selalu saja membantu si munafik itu dalam diam, anggap saja kalau Taehyun memang orang yang mudah iba pada orang lemah.
Akan tetapi bagi Minjeong, sifatnya itu benar-benar memuakkan.
"Kita ke Café saja dulu sambil menunggu Sarang," saran Chaeryoung.
Mereka bertiga berjalan cepat menghampiri Sarang, melihat gadis itu sedang menunggu makanan selesai dimasak terlebih dahulu.
"Sarang, kita akan mampir ke Café, rasanya lelah berdiri lama-lama," ucap Chaeryoung.
"Café mana?"
"Kita bertiga akan menunggumu di Cafe Shopia, kau bawa saja makanan itu ke sana," ucap Somi kepada Sarang.
Gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum.
Minjeong mengernyit dalam diam ketika melihat senyuman itu, masing sama ... gadis itu masih saja menebar senyum munafik seperti biasanya.
Mereka bertiga pergi dari sana menuju Cafe Shopia, tempat favorit mereka bertiga yang masih termasuk kawasan Namsan Tower, namun Minjeong justru berbelok ke arah lain membuat Somi dan Chaeryoung bingung.
"Bukankah Café Shopia di sebelah sana?" tanya Chaeryoung sambil menunjuk ke arah lain dari jalan mereka saat ini.
"Iya, aku tahu," jawab Minjeong tanpa banyak bicara.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortune Diary [TXT - Beomgyu]
FanfictionJung Sarang merasa kalau hidupnya selalu saja terkena sial. Segala hal yang dia lakukan selalu saja tidak berjalan lancar meskipun sudah berusaha untuk menanggulanginya. Sampai suatu hari ponsel Sarang terpasang sebuah aplikasi aneh bernama Fortune...