"Memberi senyum pada orang tak
dikenal, terkadang bisa menjadi
hal yang begitu sulit,
meskipun terdengar sangat mudah."....
****
Aku menginjak sebuah tanah dan tempat yang amat asing, begitu banyak orang berjalan dengan seragam yang sama atau seragam yang berbeda dariku. Tiga hari setelah MOS adalah hari di mana aku menjadi murid SMA sesungguhnya.
Aku menghirup udara dalam-dalam, merasakan aroma asing, aku yakin di hari-hari nanti aku akan terbiasa dengan udara ini.
Setelah pindah sekolah, rasanya sangat sulit sekali untuk kembali bersosialisasi, jadi aku tidak terlalu sering bergabung bersama teman-teman baru.
Aku merasa beruntung karena rupanya ayah memindahkan aku ke sekolah yang sama dengan Jake, padahal sekolah di sana sangat mahal, Jake adalah orang yang sama canggungnya sepertiku tetapi setidaknya berkat bantuan dia aku bisa berteman dengan beberapa orang.
Seperti dengan Ryujin.
Agaknya aku merasa sedikit khawatir, akankah teman sekelas yang baru bisa menerima sifatku yang sudah tertutup.
Aku hanya bisa berharap semoga aku bisa sekelas dengan Ryujin atau Jake lagi, karena kita mendaftar di sekolah SMA yang sama.
"Sarang, apa kau sudah menemukan namamu?" tanya Ryujin di sampingku.
"Belum," jawabku dengan lesu.
Segera Ryujin memasang raut galak, dia mendorong laki-laki di sampingnya lumayan kuat hingga lelaki itu melotot terkejut, pasalnya tenaga Ryujin memang persis seperti buldoser yang menggusur pekarangan, dia berusaha untuk mencari namanya dan namaku.
"Ketemu! Jung Sarang! Di kelas 1-B."
Setelah mengatakan hal itu Ryujin tampaknya segera mencari namanya sendiri, kedua mata indah itu melotot tidak karuan sambil bergumam tidak jelas, aku yang berdiri di sampingnya sampai tidak habis pikir dengan tingkah orang itu.
"HEI, KITA SATU KELAS!" ucap Ryujin keras-keras.
"AAAAAAAKKHH, AKHIRNYA KITA SATU KELAS LAGI!"
Aku melihat Ryujin tertawa senang hingga terbahak-bahak dan memukul orang di sampingnya padahal tidak saling mengenal, aku hanya bisa terkekeh melihat Ryujin yang seperti itu, aku juga ikut senang dengan hasil pembagian kelas.
"Tapi aku tidak mengerti mengapa kita tidak masuk ke kelas A, padahal aku cukup yakin kalau aku pintar. Benar-benar mengecewakan," ujarnya.
Aku tertawa pelan, "Berarti di sekolah ini ada murid-murid dengan otak berlian, tapi aku sudah cukup senang bisa masuk kelas B bersamamu."
Ryujin menyambit lengan kiriku dan membawanya keluar dari desakan para murid yang berusaha mencari nama masing-masing, kami berjalan di koridor sambil memasang raut wajah bahagia, hendak ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortune Diary [TXT - Beomgyu]
FanfictionJung Sarang merasa kalau hidupnya selalu saja terkena sial. Segala hal yang dia lakukan selalu saja tidak berjalan lancar meskipun sudah berusaha untuk menanggulanginya. Sampai suatu hari ponsel Sarang terpasang sebuah aplikasi aneh bernama Fortune...