[Diary 41] Why We Separated

666 225 48
                                    

"Seperti nostalgia,kau juga pasti sudah tidakbisa bersandiwara lagi saataku memegang tanganmu dengansenyuman bahagia,kau pasti bertanya-tanyamengapa aku harus bahagiasedangkan kau menahan rasa kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seperti nostalgia,
kau juga pasti sudah tidak
bisa bersandiwara lagi saat
aku memegang tanganmu dengan
senyuman bahagia,
kau pasti bertanya-tanya
mengapa aku harus bahagia
sedangkan kau menahan rasa kesal.

Begitulah perasaanku
padamu saat ini,
bagaimana bisa aku tetap
bertahan di depanmu jika
hatiku sangat ingin menghancurkan
segalanya."

.....

****

Tak ada seorangpun di rumahku pada hari sabtu ini, karena keluargaku akan makan bersama dengan keluarga Jake malam ini, maka kedua orang tuaku sibuk membantu mereka menyiapkan pesta makan bersama sekeluarga.

Sedangkan Kak Jaehyun pergi mengerjakan tugas bersama teman-temannya.

Kehampaan yang ada di rumah ini seakan tergantikan ketika Minjeong mendatangi rumah kami dan menghantam wajahku dengan tangannya.

Plak!

"Kau pikir kau sempurna?"

Aku nyaris saja jatuh ke lantai saat Minjeong memukul wajahku dengan tangannya, aku hanya tertunduk diam tanpa berani menjawab sama sekali.

"Kau senang karena semua orang membelamu?"

Lagi-lagi aku hanya diam.

Dia pasti kesal sekali.

Semenjak Jay dilaporkan pada guru, pertemanan mereka seakan serapuh kertas yang basah di dalam air.

Disentuh sedikit bisa sobek dan hancur.

"Sejak dulu aku benar-benar membencimu Jung Sarang, kau seperti benalu dan selalu saja menyusahkan orang lain tetapi sekarang kau jauh lebih buruk dari itu. Kau sampah dan kau murahan, mengapa tidak kau lepas saja pakaianmu dan jual tubuhmu!"

Tiba-tiba Minjeong menarik bajuku.

"Hentikan, apa yang kau lakukan!" ucapku.

Sontak aku berusaha menahan pakaianku agar tidak robek dari genggamannya, namun cengkraman dia terlalu kuat hingga tanganku tergores terkena kuku jari Minjeong yang panjang.

Ketika aku terus-menerus melawan dia justru memukul kepalaku dan menarik rambutku, berkali-kali aku mencoba menangkis dan menjauhkan tangannya seakan kami berdua berkelahi, kedua mata Minjeong mengisyaratkan kebencian yang begitu jelas.

"Brengsek kau!"

Dia mendorongku setelah puas mengamuk.

Aku menghantam pintu di belakang, kepala serta rambutku yang baru saja ditarik seakan berdenyut karena sakit.

"Asal kau tahu saja, semenjak kau datang dikehidupan kami, semuanya menjadi sangat kacau, kau perusak hidup orang lain, semua yang ada di sekitarmu akan menderita dan hidup susah. Kejadian bunuh diri Somi pasti ada kaitannya denganmu karena kau adalah pembawa sial."

Fortune Diary [TXT - Beomgyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang