"Ini mungkin rasa sakit pertama
yang dapat aku rasakan
dari seluruh kesedihan.
Namun aku masih tidak bisa mengerti
mengapa seseorang harus dihancurkan
terlebih dahulu
agar bisa memahami
perasaan penuh kebencian."****
"Hei, oper bolanya ke sini cepat!"
"Aduh, kenapa kau mengoper bolanya pada Sarang?!"
"Bukan salahku, salah dia! Kenapa dia harus berdiri di tengah-tengah lapangan!"
"Sarang minggir! Lebih baik kau duduk saja sana daripada menyusahkan orang lain!"
Aku segera berjalan menuju ke pinggir lapangan agar tidak mengganggu mereka saling mengoper, lagipula aku juga tidak tahu apa yang harus kulakukan jika dioperi bola.
Duk!
Aku dapat mendengar dengan sangat jelas saat bola basket yang berat menghantam bagian depan kepalaku hingga aku membentur tembok di belakang kepalaku dan jatuh terduduk di lantai begitu saja.
"Tuh, terkena kepala, inilah akibatnya kalau kau tidak menyingkir dan hanya bengong seperti orang bodoh!"
"Haha, lemah sekali. Hanya terbentur sedikit langsung jatuh ke lantai, cepatlah berdiri dan tidak usah mendrama."
Berkali-kali aku mengerjapkan kedua mata, entah mengapa benturan tadi benar-benar terasa keras hingga jari tanganku terasa bergetar dan kepala ikut berdenyut sakit.
Sebisa mungkin aku berdiri dengan pelan lalu berjalan menyingkir.
Namun sesuatu yang hangat seakan mengalir ke seluruh tubuhku lalu jatuh, menetes dari lubang hidung dan mendarat di atas lantai.
Darah.
Aku begitu terkejut ketika melihat darah itu tetapi yang lebih membuatku terkejut adalah tanganku yang habis memegang bagian belakang kepala ikut berdarah, perlahan kesadaran tubuhku semakin melemah dan akhirnya tumbang.
Aku mungkin tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi aku masih sangat ingat betapa menyeramkannya tatapan Taehyun ketika melihatku membuka mata.
Aku tidak tahu harus mengatakan apa, tetapi tatapan menyeramkan dari Taehyun mampu membuat teman-teman lain menjadi bungkam.
Lagi-lagi aku larut pada pikiran, otakku terasa kosong, duniaku seakan telah berubah menjadi lebih gelap, aku tidak dapat mendengar suara apapun.
Inilah kebenaran yang terjadi ... inilah kebenaranku.
****
Cookies 1 (Behind The Scene)
"Maaf memotong waktu belajar kalian."
"Bapak datang ke sini hanya untuk meminta penjelasan terkait teman kalian yang bernama Sarang. Orang tuanya menelfon bahwa buku sekolah sekaligus alat tulis milik Sarang hilang dan rusak setiap hari, kepalanya benjol berdarah dan sepatunya sering hilang, ditambah lagi Sarang jadi boros uang saku."
Wakil kepala sekolah itu terdiam sejenak untuk menatap para murid yang terdiam tanpa berani berbicara sama sekali.
"Orang tuanya berpikir kalau Sarang dibully dan dipalak."
Wali kelas yang mendengar hal itu dari wakil kepala sekolah langsung menjadi lemas.
Dia melihat para muridnya tidak berani berbicara ataupun bergerak, bahkan beberapa dari mereka sampai mengalihkan tatapan ke arah lain saat tidak sengaja bertemu pandang dengan wali kelas.
Salah satu dari para murid mengangkat tangannya, dia adalah Taehyun, lelaki itu berdiri dari bangku dan menatap guru dengan tatapan tegas seperti biasa.
"Bu, saya ingin mengaku ... kelas ini memang sering membully Sarang," ujarnya dengan sangat berani, tanpa memperdulikan tatapan teman-teman sekelasnya.
"Taewoo, Hansung dan Tama sering meminta uang milik Sarang setiap hari."
"Ka-kapan?! Kau tidak boleh menuduh sembarangan!"
"Minjeong dan Chenle sering menjadikan Sarang tukang bersih-bersih."
"Ka-kau-"
"Sua dan Daesung sering mencuri alat tulis Sarang."
Sua sontak menoleh pada Taehyun dengan wajah terkejut, tetapi tidak mampu untuk berbicara atau protes seperti yang lainnya.
"Somi, Jay dan Byeol sering menghina Sarang di belakang."
Sontak Somi berdiri dari bangkunya saat mendengar Taehyun menyebutkan bahwa dia adalah salah satu dari orang yang suka mengganggu Sarang.
"Kapan aku begitu?! Aku tidak pernah membicarakan Sarang di belakang, lagipula dia memang selalu membuat kita kerepotan, kan? Aku benar!"
Byeol tiba-tiba mulai meneteskan air mata, menatap Taehyun penuh rasa kecewa.
"Bagaimana kau bisa mengatakan seperti itu padaku? Kau benar-benar jahat, Taehyun, aku tidak pernah melakukan hal buruk kepada Sarang, aku ini temannya."
Dia terisak pelan sambil mengatakan kalau dia tidak pernah melakukan hal yang jahat kepada Sarang sama sekali, dia bahkan sedih Sarang diperlakukan seperti itu tetapi dia tidak berani membelanya.
"Jangan berpura-pura baik, kau sendiri bagaimana?! Kau juga sering membully Sarang! Kau sering membuang buku-buku dia dan kau sering mengatakan hal-hal yang jahat padanya!" ucap Jay kepada Taehyun.
Taehyun sekilas menatap Jay dengan tatapan dingin.
"Apa bedanya ... bukankah kalian semua yang mencoret-coret buku dia dan merusak buku dia? Tapi saya tidak munafik, Bu saya juga ikut membully Sarang."
Setelah mengatakan itu, entah mengapa jari-jemari Taehyun mengepal dengan kuat, dia kembali duduk di bangkunya tanpa menoleh sama sekali ataupun menatap seluruh teman-temannya yang terkejut atas ungkapan tadi.
Selama dua hari bangku yang selalu ditempati oleh Sarang menjadi kosong.
Para murid kembali pada kehidupannya yang semula, menjadi dirinya sendiri dengan ketidakhadiran Sarang sebagai pembeda.
"Hari ini Ibu ingin memberitahu sesuatu pada kalian, tentang Sarang ... tadi pagi Ibu dapat kabar kalau Sarang mulai hari ini sudah tidak bisa hadir di kelas. Dia sudah pindah."
.
.
.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Fortune Diary [TXT - Beomgyu]
FanfictionJung Sarang merasa kalau hidupnya selalu saja terkena sial. Segala hal yang dia lakukan selalu saja tidak berjalan lancar meskipun sudah berusaha untuk menanggulanginya. Sampai suatu hari ponsel Sarang terpasang sebuah aplikasi aneh bernama Fortune...