"Seberapa banyaknya kau terluka?
Apa yang sudah kulakukan
di dunia ini saat meninggalkanmu,
kau terus menjagaku
dan memberi segalanya.
Anakmu ini tumbuh dengan
air matamu.".....
****
Ibunya begitu terkejut ketika melihat Sarang pulang ke rumah dengan keadaan kepala dibalut perban, bahkan Jaehyun juga sudah marah-marah sejak tadi.
“Apa yang terjadi padamu, Sarang?” tanya Ibu sambil menatap penuh rasa khawatir.
Jaehyun mengusap wajahnya dengan kasar, dia sampai membolos sekolah karena mendapat telfon kalau Sarang harus pulang istirahat di rumah.
“Sudah berkali-kali kubilang, dia pasti dibully, Bu! Kita harus melaporkan hal ini ke polisi atau melaporkannya ke sekolah, semua ini sudah sangat keterlaluan!”
Alih-alih untuk terbawa emosi, sang Ibu berusaha membujuk Sarang untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, dia meraih kedua pipi Sarang seraya bertanya pelan-pelan.
“Apa yang terjadi padamu? Katakan pada Ibu.”
Sarang hanya diam saja, dia terus menatap kedua mata ibunya yang seolah-olah mengatakan kalau kali ini dia harus jujur, akan tetapi dia tidak bisa melakukan hal itu, bahkan disaat seperti ini dia tetap merasa takut untuk jujur.
“Kepalaku terkena bola dan aku membentur dinding … huuuaaa.”
Gadis kecil itu justru menangis keras setelah mengakhiri kalimatnya, kedua tangan ikut mengepal kuat sambil mencengkram segaram sekolah, dia sendiri tidak tahu apa yang salah, dia juga tidak bisa menyalahkan siapapun pada peristiwa ini.
Malam harinya Sarang harus istirahat di dalam kamar sedangkan kedua orang tuanya harus berdiskusi tentang masalah tadi, karena Jaehyun terus saja mengomel, akhirnya mereka memutuskan untuk menelfon sekolah.
“Maaf Bu, saya ingin mengeluhkan keadaan anak saya di sekolah, namanya Jung Sarang dari kelas 1-Apel. Saya selalu penasaran mengapa alat tulis anak saya selalu hilang dan rusak, dia jadi boros uang saku, sepatunya sering hilang, ditambah lagi hari ini dia terluka.”
Sang ayah terdiam sejenak mendengar perkataan guru di seberang sana.
“Iya, kepalanya benjol dan berdarah, jadi kami berpikir bahwa anak kami … dibully dan dipalak oleh teman-teman di kelasnya.”
Setelah jam menunjukkan pukul delapan malam, Jaehyun membuka pintu kamar Sarang dan melihat adiknya hanya duduk nelamun di atas ranjang, entah apa yang sedang dia pikirkan.
“Hei, kau tidak ingin tidur?” tegur Jaehyun.
Sarang menggeleng pelan.
“Tidurlah, kau harus istirahat, aku akan menemanimu di sini sampai kau tidur,” ujar Jaehyun untuk kedua kalinya sambil duduk di atas karpet, bersandar pada ranjang Sarang.
Ayahnya tadi mengatakan kalau Sarang mungkin saja tidak bisa tidur, karena ada beberapa hal yang harus mereka bicarakan akhirnya Jaehyun yang diminta untuk menemani Sarang sementara waktu.
Gadis kecil itu pasti tidak ingin sendirian.
Sarang mulai membaringkan diri sambil memunggungi Jaehyun, mereka berdua saling membelakangi satu sama lain tapi bukan berarti Sarang benar-benar tidur, dia hanya diam saja sambil memeluk guling kesayangannya.
“Kak, aku ingin bercerita padamu.”
“Cerita apa?”
“Waktu itu aku pernah membaca buku cerita di perpustakaan, tentang seseorang yang dikucilkan tanpa alasan jelas, aku juga bahkan tidak tahu apa alasannya.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Fortune Diary [TXT - Beomgyu]
ФанфікиJung Sarang merasa kalau hidupnya selalu saja terkena sial. Segala hal yang dia lakukan selalu saja tidak berjalan lancar meskipun sudah berusaha untuk menanggulanginya. Sampai suatu hari ponsel Sarang terpasang sebuah aplikasi aneh bernama Fortune...