Bagian 3

1.6K 144 25
                                    

Sejak kejadian tadi pagi, tidak banyak yang Anara lakukan selain diam dan menjawab orang yang bertanya padanya.
Temannyapun terlihat bingung dengan sikap Anara, cewek yang selalu ceria itu sekarang hanya diam.

"Lo kenapa sih, Ra?" Sasa yang mulai penasaran itu bertanya pada Anara.

Suasana kelas saat ini hening. Disana hanya ada Anara dan Sasa yang sedang duduk dikursi. Mereka tidak pergi kekantin karna Anara tidak mau, dan Sasa tidak tega meninggalkan Anara yang dari pagi seperti sedang bermasalah.

Anara hanya menggeleng menjawabnya. Sasa menghela nafasnya. Memang sudah menjadi kebiasaan Anara selalu memendam masalahnya. Padahal Anara selalu menjadi pendengar dan tempat berbagi cerita yang baik. Anara selalu mendengarkan Sasa bercerita.
Meskipun Anara dikenal jutek dan dingin, tapi hatinya lembut. Tidak seperti apa yang orang lihat, Anara jika hanya berdua dengan Sasa selalu bobrok, juga sering tertawa. Sayangnya mungkin tidak saat ini.

"Ra, gue yakin lo ada masalah. Please cerita sama gue, Ra.." Sasa masih berusaha membujuk Anara untuk bercerita.
Sasa bukan ingin tau apa yang Anara hadapi sekarang. Tapi dia berusaha untuk membantu dengan jadi teman curhat yang baik, karna siapa tau jika Anara bercerita, keadaan bisa membaik. Atau paling tidak, perasaannya lega.

"Yaudah gak maksa. Tapi kalo lo mau cerita, ke gue aja ya!" Sasa pasrah. Sejak tadi Anara hanya diam. Dia hanya menjawab pertanyaan tanpa basa basi.
Sasa sudah tidak mau memaksa lagi, mungkin memang kali ini masalahnya privasi sehingga dia tidak perlu tau. Atau, Anara sedang malas untuk menceritakannya.

Sasa yang hendak pergi untuk berpindah tempat karna tidak mau mengganggu Anara itu terhentikan karna Anara menarik tangannya.

Sasa menoleh, dia terkejut dengan mata Anara yang sudah mengeluarkan airmata. Sontak Sasa langsung memeluk Anara erat.

"Nangis, Ra. Nangis semau lo," Anara menangis tanpa suara. Bisa Sasa rasakan dari pundaknya yang mulai basah.

Anara melepaskan pelukan itu, dia mengusap airmatanya yang masih keluar dari pelupuk matanya.

"Lo kenapa, Ra?" tanya Sasa. Anara kembali terdiam dengan tatapan lurus kedepan, menarap papan tulis besar yang masih berisi catatan pelajaran tadi.

"Lo punya kakak kan, Sa?" Akhirnya, setelah sekian lama diam Anara membuka suara. Tapi Sasa sedikit aneh dengan pertanyaan itu.

"Iya lah. Lo kan tau, Ra." Anara menoleh kearah cewek dengan rambut dikepang satu itu.

"Gue.." Anara sedikit malu mengungkapkannya. Mulutnya juga sangat susah untuk berucap, "gue suka sama Arga.." lirih cewek itu.

Dahi Sasa mengerut. Dia tidak menemukan kebohongan dari mata Anara. Ini bukan lolucon. Tapi bagaimana bisa Anara seperti itu.

"Ma..maksud lo?"

Anara mengangguk, diikuti tetesan airmata yang mulai keluar lagi dari pelupuknya, "Iya, Sa. Gue suka sama kakak gue sendiri."

Sasa tidak menyangka dengan hal ini. Selama dirinya hidup didunia, baru kali ini menemukan manusia yang menyukai saudara kandungnya sendiri.

"Serius?" Sasa yang masih tidak percaya itu kembali bertanya.

"Iya Sa. Malem kemarin gue ungkapin ke Arga. Gue nyesel Sa.." Anara menangis, kali ini diikuti isakan dan segukan kecil.

Sasa yang sadar ini adalah kenyataan langsung menyandarkan kepala Anara kebahunya. Dia terkejut dengan apa yang Anara katakan barusan. Pantas saja cewek itu banyak terdiam.

"Apa kata Arga?"

"Arga bilang, kita gak mungkin bersatu.." Sasa menyetujui hal itu. Karna apa, mereka memang tidak akan mungkin bersama.

My Brother Is Mine! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang