"Dari pas gue liat lo, gue langsung suka sama lo, Anara. Gue jatuh cinta sama lo bahkan sebelum gue tahu nama lo." Laki-laki itu menarik nafasnya dalam-dalam. "Dua tahun gue nunggu momen ini. Tiap kali gue ketemu lo, gue pengen kasih tahu perasaan gue yang sebenernya tapi nggak pernah berani. Lo mau kan jadi pacar gue?" Kemudian, laki-laki dengan wajah bingung itu menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna biru. Terbungkus kertas cantik dengan pita senada terikat diatasnya. "Ini hadiah buat lo, semoga suka." Ucapnya.
Seseorang mengambil kotak kecil itu tanpa perasaan. Ia membukanya dengan wajah meremehkan. "Gelang?" Gumam perempuan itu.
"Udah ngerasa cakep lo kayak gini? Merasa sebanding lo sama Sehun EXO? Dapet motivasi dari mana lo punya keberanian kayak gini? Hah?!" Anara terkejut Sasa tiba-tiba berbicara dengan nada tinggi pada laki-laki didepan mereka.
"Cakep lo kayak gini?" Sasa mendorong laki-laki yang selalu menjadi bahan olok-olokan temannya itu dengan jari telunjuknya. "Heh upil badak! Lo kalau bertindak, mikir dulu lah! Tau Andrean lo? Arsen tau lo? Manu? Mereka aja yang cakep banget Anara tolak, apalagi yang modelannya kayak lo." Sasa tertawa kencang. Jenis tawaan meremehkan yang membuat siapa saja yang mendengarnya langsung sakit hati. "Ngaca dulu lo. Oplas sana, kalau udah ngerasa cakep, baru balik lagi." Perempuan dengan jam tangan hitam itu tersenyum miring. Merasa puas dengan apa yang sudah dilakukannya.
"Sa, udah.." ucap Anara. Ia berusaha menghentikan Sasa dari tadi dengan mencekal pergelangan tangannya, namun perempuan itu tidak memperdulikan nya. Anara merasa sangat tidak enak dengan Adit atas sikap Sasa. Bagaimana pun, Adit bersikap seperti ini untuk Anara.
"Sorry, Dit.." ucap Anara. Ia mengambil kotak berisikan satu gelang perak dengan liontin kupu-kupu berwarna biru. Perempuan itu menutup kotaknya lalu mengembalikan kepada Adit. "Gue nggak bisa terima." Ucap Anara dengan hati-hati.
Laki-laki itu menghela nafasnya. "Iya nggak apa-apa. Mustahil perempuan kayak lo mau sama gue yang cuma jadi bahan bulian." Mata Adit kini teralih pada Sasa. Perempuan yang kini sedang berkacak pinggang itu menatap Adit dengan jijik. "Biarpun gue jelek, tapi gue masih punya harga diri." Seketika Sasa terkekeh, ia tidak bisa menahan tawanya. "Harga diri? Kalau lo punya harga diri, lo gak mungkin permaluin diri lo kayak gini. Dirumah lo emang nggak ada kaca ya? Seenggaknya sebelum lo kayak gini tuh mikir dulu, pantes nggak lo bersanding sama Anara? Jadi apa ntar temen gue kalau pacaran sama lo?" Lagi-lagi ucapan Sasa berhasil membuat Adit bungkam. Perempuan itu memang handal membuat musuhnya tidak lagi berbicara. Cewek sinis yang terkenal galak juga ucapanya tidak pernah disaring. Orang-orang berfikir dua kali untuk berurusan dengan Sasa. Selain karena mantan bad girl, Sasa juga sangat handal berkelahi. Ia pernah mengalahkan beberapa orang dengan pukulannya.
Entah mengapa, Sasa sangat membenci Adit. Padahal laki-laki itu tidak pernah mencari gara-gara dengannya. Tapi rasanya sangat menjijikan jika berpapasan dengan Adit.
"Enyah lo!" Sasa membawa Anara pergi dari sana. Meninggalkan Adit yang kini berdiri kaku memegang kotak kecil yang seharusnya menjadi milik Anara.
••
"Lo nggak keterlaluan apa kayak gitu?" Anara membuka suara. Memecah keheningan kelas yang hanya diisi oleh beberapa orang saja.
"Nggak. Gue malah puas. Gedek banget gue liat itu cowok. Bawaannya itu pengen nindas aja gitu. Kayaknya dia hidup emang buat jadi bahan bulian." Perempuan yang sedang fokus pada ponselnya itu tertawa kecil. Sementara Anara masih tidak enak dengan sikap Sasa. Bagaimanapun, Sasa tidak menghargai Adit.
Pintu kelas yang semula tertutup rapat, kini terbuka lebar. Menampilkan seorang remaja laki-laki dengan pakaian tidak rapi. Baju yang keluar dari celananya, dasi yang hanya menggantung dileher, juga rambut acak-acakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Mine! [HIATUS]
Macera[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Kita tidak bisa memilih kepada siapa hati kita akan berlabuh. Seperti Anara yang ditakdirkan untuk melabuhkan cintanya pada lelaki yang berstatus menjadi kakaknya itu. Anara sebetulnya tidak pernah menyangka dirinya me...