Nggak nyangka MBIM! udah sejauh ini. Makasih lo buat kalian yang selalu nunggu ceritaku. Makasih juga buat kalian yang selalu vote, komen disetiap chapter. Tetep jadi pembaca setia kisah Anara&Arga okok! Lop u all✨
••
Ayam berkokok menyambut datangnya mentari. Sinarnya menyusup masuk diantara celah-celah jendela. Membangunkan seorang perempuan yang tampak tidak pulas tertidur. Ia sudah bangun sejak dini hari. Sampai sekarang, cewek itu tidak bisa memejamkan matanya lagi. Tubuhnya terus mengeliat kecil. Kepalanya terasa pusing dan berat. Selimut yang menutupi tubuhnya ditarik agar menutupi lehernya.
Perlahan, mata perempuan itu terbuka. Lampu kamarnya yang terang membuat kelopak matanya terasa panas. Ia bisa merasakan suhu tubuhnya yang tidak normal.
Perempuan itu menempelkan lengannya dibagian kening. Rasa panas begitu terasa dikulit mulusnya.Ia bagkit dari tidurnya, perempuan dengan hot pants jeans itu memejamkan matanya karena terasa pusing. Dia membuka pintu kamarnya, berjalan menuruni anak tangga. Hal pertama yang ia lihat disana adalah dua buah koper. Juga tas yang tidak terlalu besar ikut bersandar didinding putih itu.
"Ma," Anara berteriak diruang tengah. Tidak lama dari sana, suara sautan dari ibunya terdengar. Anara yakin itu suara dari arah dapur, ia berjalan kesana. Benar saja, Myta sedang berada dimeja makan dengan Arga. Sosok perempuan yang selalu Anara banggakan itu tengah menyiapkan sarapan.
Anara menarik satu kursi. Perempuan itu duduk didepan Arga yang terlihat sudah rapi. Lengan Anara mengulur, ia mengambil selapis roti tawar yang sudah diolesi selai cokelat.
"Udah mendingan?" Mata Anara beralih menatap Arga. Cowok itu sedang mengunyah makanan dengan mata yang fokus pada layar ponsel.
"Lo tahu gue sakit?" Cowok itu mengangguk kecil. Ia sama sekali tidak menatap wajah Anara.
"Semalem gue kekamar lo." Anara sedikit menyernyitkan keningnya. Ada perihal apa Arga masuk kekamarnya. "Ngapain?" Tanya Anara heran.
"Ngecek ponsel lo. Terus gak sengaja pegang tangan lo. Taunya panas," ujar Arga menjelaskan. Cowok itu masih dalam posisi semula. Tidak menatap wajah Anara.
"Ngapain cek hp gue?" Kali ini, Arga menatap mata Anara. Cowok itu menyimpan ponselnya asal diatas meja. Arga mengedarkan pandangannya. Memeriksa keadaan, dia takut kalau Myta tidak sengaja mendengar obrolan nya dengan Anara. Namun sepertinya, Myta sedang sibuk menyiapkan sesuatu diruang tengah.
Arga tidak menjawab, cowok itu malah pergi kearah ruang tengah entah untuk apa. Dari kejauhan, Anara bisa melihat Arga membawa satu koper. Ia berdiri lalu menyusul Arga yang sedang berjalan keluar.
"Lo gak usah bantu. Istirahat aja," ujar Arga saat menyadari Anara mengambil satu tas kecil.
Namun Anara tidak mengindahkan Arga. Perempuan itu memasukan tasnya kedalam bagasi mobil.Tidak lama dari sana, Myta keluar dengan koper kecil yang ia bawa. Perempuan paruh baya itu sudah tampak rapi.
"Maaf ya Ma, Anara gak bisa antar." Ucap Anara dengan lesu. Sejujurnya, tadi Anara ingin ikut mengantar sampai bandara, tapi Myta melarang dan meminta Anara untuk menunggu dirumah.
"Iya sayang. Cepat sembuh ya. Nanti kalau sakitnya makin parah, kamu keruamah sakit aja, ya?" Anara mengangguk sambil tersenyum manis. Dia berusaha agar tidak menangis meski air matanya sudah tidak bisa dibendung.
"Mama hati-hati ya. Kabarin aku kalau sudah sampai disana," Myta memeluk putrinya erat. Perpisahan ini membuat Myta menangis tanpa suara. Perempuan itu mengusap lembut rambut Anara. "Kamu juga, ya. Jaga diri baik-baik disini. Mama secepatnya pulang." Setelah berbicara, Myta melepas pelukannya. Ia mencium kening putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Mine! [HIATUS]
Aventura[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Kita tidak bisa memilih kepada siapa hati kita akan berlabuh. Seperti Anara yang ditakdirkan untuk melabuhkan cintanya pada lelaki yang berstatus menjadi kakaknya itu. Anara sebetulnya tidak pernah menyangka dirinya me...