Bagian 61

451 37 10
                                        

“Aku menjadikanmu tujuan yang sungguh ingin ku raih, tetapi kamu tidak pernah menjadikan aku sebagai tujuan yang ingin kamu gapai..”

••

Anara sedang berjalan dilorong. Lorong panjang itu sepi, entah kemana semua orang. Dengan beberapa buku yang ia bawa dalam pelukannya, Anara mencoba untuk tetap fokus menyimpan buku ini diruang guru. Ruangan paling ujung dan jarang dilewati para siswa. Menjadi sekertaris kelas, bukan hal yang mudah.

Tiba tiba, Anara terjatuh saat merasa kakinya tersandung. Perempuan itu meringis kesakitan. Tidak lama dari sana, dua orang perempuan tertawa puas dengan senyuman licik yang begitu amat ingin di tunjukan.

"Maaf ya, Anara.." perempuan yang berdiri dihadapan Anara itu memasang wajah menyesal kemudian tertawa. Tidak waras!

Vandra, perempuan yang akhir akhir ini selalu menggangu Anara. Entah apa yang ia inginkan. Jika itu tentang Arsen, toh, perempuan itu tidak ada hubungannya dengan Arsen.

Sementara yang tadi sengaja mengandung kaki Anara adalah Caesy. Gadis sok imut yang menjadi idaman para lelaki buta populeritas.

Anara mencoba tidak ambil hati. Meskipun sangat kesal, ia mencoba bangun setelah memunguti beberapa buku tebal yang ikut terjatuh berserakan.

Anara berbalik arah, ia tidak peduli dengan Caesy dan Vandra yang masih memasang wajah puas padanya.
Perempuan dengan rambut diurai panjang itu berjalan menuju ruang guru. Lututnya masih terasa perih meskipun tidak tergores.

Dalam hati, Anara mengutuk habis habisan kedua gadis itu. Vandra, gadis tidak tau malu yang menyerang perempuan tidak salah. Hanya karena satu laki laki ia mengotori harga dirinya. Anara kasihan pada perempuan itu, rela melakukan apapun untuk mendapatkan laki laki yang tidak mencintainya. Miris. Canda miris sksksk.

••

Setelah selesai menyimpan buku ke ruang guru, Anara pergi ke kantin. Ia sendirian. Sasa, temannya tidak hadir karena sakit. Rencananya, sepulang sekolah, Anara akan pergi kerumah Sasa untuk menjenguk. Tapi perempuan itu mengurungkan niatnya karena sepulang sekolah nanti, Gio akan datang untuk menemani Sasa.

Bakso tanpa sayur yang tadi Anara pesan tidak habis. Ia hanya memakan beberapa bakso saja. Entah kenapa ia tidak punya rasa untuk makan.

Matanya beredar. Seperti sudah disetting untuk mencari sesuatu. Kantin yang ramai ini masih terasa sepi menurutnya. Entah siapa yang membuatnya merasa kurang. Mungkin Sasa. Karena perempuan itu tidak hadir, ia merasa kesepian.

Sebenarnya, Anara punya banyak teman. Namun yang paling dekat dengan dia hanyalah Sasa. Bukan bermaksud apa apa, hanya saja ia sudah merasa nyaman dengan gadis itu sehingga tidak perlu membutuhkan teman lain. Orang lain juga mengira Anara perempuan jutek yang tidak gampang berbaur.

Anara mengerjap saat seseorang menepuk bahunya. Perempuan itu refleks menoleh kebelakang, betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa Calista lah yang menepuk bahunya tadi.

Dengan senyuman miring, Calista, Vandra, dan Caesy duduk di tempat Anara duduk. Ketiga perempuan itu menatapnya santai, seolah mereka adalah teman.

"Pesenin gue bakso juga dong, Ra," titah Calista. Anara mengernyit menatap perempuan itu. Ogah, enak saja, memangnya siapa dirinya.

My Brother Is Mine! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang