Bagian 39

456 45 30
                                    

—kasih tahu aku kalau ada yang typo oke!

••

"Makasih, Dre." Ucap Anara seraya turun dari motor. Perempuan itu merapikan rambutnya setelah membuka helm.

"Sama-sama, Ra." Andrean tersenyum kecil.

"Lo nggak ikut rapat OSIS?" Tanya Anara.

"Ikut. Cuma tadi mau pulang dulu." Ucap Andrean. "Ya udah, kalau gitu gue pamit ya." Setelah tidak mendapat jawaban lagi dari Anara, Andrean memakai kembali helmnya. Anara mengangguk. Ia mundur beberapa langkah.

Motor yang dikendarai Andrean melaju cepat. Meninggalkan pekarangan rumah. Anara lupa tidak berterimakasih pada cowok itu.

Saat Anara berbalik badan, matanya jatuh pada lelaki yang tengah berdiri didepan pintu. Matanya menatap kearah Anara. Sudah dipastikan, bahwa cowok itu melihat kejadian tadi.

Anara berjalan seolah tidak peduli pada Arga yang masih memperhatikan gerak geriknya.

"Pulang sama siapa?" Ucap Arga penuh selidik. Wajah cowok itu datar. Kedua lengan yang terlipat didepan dada membuat jantung Anara berdegup kencang.

"Andrean."

"Cowok lo banyak juga," Anara mengakat kepalanya saat Arga berkata seperti itu. Entah kenapa rasanya sedikit sesak.

"Kemarin Arsen. Sekarang Andrean. Besok siapa lagi?" Ucap Arga enteng. Cowok itu bahkan seperti tidak merasa bersalah atas perlakuannya.

"Pas pulang nggak ada angkot." Kata Anara, ia mencoba menjelaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Hubungannya saat ini sedang dalam masa tidak baik, cewek itu tidak mau menambah masalah.

"Kan bisa pesan ojek online."

"Gue gak mau berantem." Anara berjalan meninggalkan Arga yang masih dilanda penasaran. Cewek itu tidak mengindahkan Arga dan masuk kedalam rumah.

"Ma?" Anara menghampiri Myta yang tengah terduduk disofa ruang tamu. Ia ditemani pembantu rumah tangganya.

Anara menyalimi punggung tangan Myta. Perempuan paruh baya itu tampak menangis, matanya sembab. Tatapan Anara jatuh pada layar ponsel ibunya. Terlihat sebuah pesan masuk yang belum dibaca.

"Ma, kenapa?" Ucap Anara lembut. Myta semakin terisak. Arga menghampiri dan duduk disebelah Anara.

"Papa." Satu kata yang keluar dari mulut Mamanya. Anara dan Arga saling tatap, mereka tidak mengerti dengan apa yang ibunya ucapkan.

"Papa kenapa, Ma?" Tanya Arga. Lelaki itu mengusap punggung Mamanya. Anara memandang wajah ibunya dengan getir.

Tidak ada jawaban dari Myta. Perempuan itu menyibak air matanya yang terus keluar dari pelupuknya. Pandangan Anara jatuh pada pembantu rumahtangganya. Bi Surti tampak bingung, ia seperti tidak tahu kenapa majikannya terisak seperti ini.

Anara menghela nafasnya. "Papa kenapa, Ma?" Ucap Anara kembali bertanya.

"Papa drop." Lirih Myta dengan getir. Mata Anara terbuka sempurna saat mendengarnya. Ia kembali menatap Arga dengan wajah yang tidak bisa diartikan.

My Brother Is Mine! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang