Bagian 66

341 20 2
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 2 dini hari, dan Arga baru sampai ke rumah. Laki laki itu menyelinap masuk lewat pintu belakang yang sengaja tidak ia kunci. Dengan buket bunga mawar merah, juga kotak coklat yang iya bawa.

Ruangan belakang tampak sangat gelap. Tak ada lampu yang menyala, menandakan bahwa penghuni rumah sudah pergi tidur.

Arga naik keatas, melewati kamarnya dan masuk ke kamar Anara. Perempuan itu berbaring lesu di atas ranjang putih yang tak terlalu besar.

Arga menyimpan buket bunga yang ia bawa dan kotak coklat diatas nakas. Laki laki itu mendekat, lengannya membelai lembut pipi Anara yang merona.

"Happy anniversary, Ra." Ucap Arga, senyuman terlukis di wajahnya. Arga menyingkirkan helaian anak rambut yang menutupi mata perempuan itu, "makasih lo udah bertahan selama empat bulan ini. Gue gak nyangka kita bakal sejauh ini, Ra. Maaf selama sama gue, lo gak merasa istimewa. Maaf karena kekurangan gue, lo merasa kecewa." Arga mengecup pipi Anara lembut. Perempuan itu menggeliat kecil saat bibir Arga menyentuh pipinya. "I hope you are happy with me. Even though I try not to fall for you too much." Ucap Arga.

Setelah mengatakan itu, Arga berdiri. Menatap Anara dengan lembut, sebelum meninggalkan kamar perempuan itu.

Sebenarnya, Arga lupa tentang hari jadi dirinya dan Anara. Hanya saja, saat laki laki itu mengunjungi toko cokelat dengan Zuan tadi, ia teringat bahwa Anara ingin di hadiahi coklat saat hari jadi hubungannya. Dan Arga harap, Anara tidak lupa itu.

Jika bukan sebagai adiknya, mungkin Arga akan menjadi orang beruntung memiliki Anara. Ia akan menjatuhkan semua cintanya pada perempuan yang nyaris sempurna itu. Cantik, pintar, juga Anara sangat ahli memikat hati. Tak perlu mengeluarkan kata kata manis, senyumannya saja sudah membuat siapapun yang melihatnya tertarik.

Arga juga tak bisa bohong, ia jatuh cinta pada Anara. Hanya saja, kenyataan membuatnya harus menahan hal itu. Arga tidak mau dirinya terlalu jatuh pada Anara. Karena, entah cepat atau lambat, keduanya akan berpisah juga. Cinta mereka, tak pernah direstui semesta.

Bukan tak ingin ketika Anara meminta Arga untuk menemaninya, memanjakannya juga selalu berdua dengannya. Hanya saja, Arga takut Anara semakin jatuh hati padanya. Arga terlalu takut jika saat kisah keduanya harus usai, Anara perlu banyak waktu untuk bisa melepas semuanya. Terlalu sakit untuk merelakan. Dan terlalu sulit untuk di ikhlaskan. Itulah alasan mengapa Arga tak ingin punya banyak waktu dengan Anara, tak pernah memprioritaskan perempuan itu. Karena ketika semuanya mengikuti kata hati, akan berakhir dengan sama sama menyakiti.

Tapi meski begitu, Arga menyayangi Anara. Entah sebagai adiknya, atau sebagai kekasihnya.

••

Saat terbangun dari tidurnya, Anara terkejut mendapatkan satu buket bunga mawar merah, juga sekotak coklat yang berada di atas nakas kamarnya.

Ketika baru sadar bahwa itu dari Arga, dan hari ini adalah hari jadi hubungannya, Anara segera berlari menghampiri laki laki itu untuk berterima kasih.
Namun sialnya, Arga sudah pergi lebih dulu. Anara tak sempat bertemu laki laki itu.

Akhirnya, Anara kembali ke kamarnya. Ia tersenyum begitu matanya melihat buket bunga juga kotak berisi coklat yang masih berada di tempat semula. Anara benar benar tak pernah mengira Arga akan memberikan semua ini. Karena, dirinya juga lupa tentang hari istimewa ini.

Anara duduk di ranjang kamarnya, ia mengambil buket bunga mawar merah. Aroma khas bunga yang tercampur dengan essence minyak neroli terasa saat Anara mencium aroma bunganya.

Perempuan itu benar benar senang. Ia harus mengabadikan ini. Anara menyalakan ponselnya, mengambil beberapa potret bunga dan coklat yang ia susun rapi di atas ranjangnya.

My Brother Is Mine! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang