Malam ini, udara begitu sejuk terasa dikulit para manusia. Jalanan besar dikota tua masih sangat ramai. Banyak kendaraan bermotor juga roda empat masih terlihat sibuk meramaikan ibu kota. Pusat perbelanjaan seperti mall, pasar, juga swalayan masih dikelilingi para manusia. Mereka sibuk memilah memilih mana yang bagus juga mampu menarik perhatiannya. Berbagai barang brand dan sangat terkenal terpajang rapi dilemari kaca disebuah mall besar. Baju-baju bermerk dengan harga tidak murah terlihat dikerumuni.
Cewek yang mengenakan jumpsuit berwarna putih dengan model bunga yang berada didada kirinya itu berjalan mengelilingi mall. Sudah hampir dua jam ia disini, ditemani lelaki tampan dengan kaos hitam dilapisi jaket denim senada itu sudah menunjukan wajah kantuk. Lelah karena terus menemani adik perempuannya memilih barang namun tidak jadi membeli.
"Sampai tutup nih kita disini?" Ujar cowok itu. Cewek disebelahnya menatap sekilas, lalu ia kembali berjalan dan tidak memperdulikan Arga.
"Gue capek, Ra. Bayangin aja nih, lo keliling sana sini tapi cuma beli dua?" Cowok itu menghela nafasnya, membuang segala rasa lelahnya, "pulang aja yuk. Mau cari apa lagi emang?" Anara sedikit merasa kasihan, namun barang incarannya itu sangat penting dan tidak boleh terlewatkan.
"Duh, bentar deh. Gue lagi nyari cardigan." Cewek itu lalu berlari memasuki sebuah stand berisi baju wanita ala Korea. Arga dengan berat hati mengikutinya, janjinya untuk menghabiskan waktu seharian dengan Anara ternyata membuatnya sangat lelah.
"Gila, baju kayak gini harganya tiga jutaan?!" Pekik Arga heboh sambil melihat harga satu cardigan bermotif bunga. Cowok itu geleng-geleng kepala.
"Baru baju, belum lagi lo ketempat sepatu. Bisa pingsan lo disana," Anara sedikit terkekeh lalu cewek itu mengambil cardigan panjang yang sudah ia incar sejak lama. "Ihh masih ada ternyata," Anara memekik senang.
"Bagus enggak?" Anara menunjukan cardigan itu pada Arga.
"Bagus, tapi lebih bagus lagi kalau duitnya lo tabung buat masa depan." Anara memutar bola matanya. Cewek itu sedang malas diberi nasihat, pasalnya ini menyangkut fasion. Juga cardigan ini sudah lama Anara incar.
"Heran deh gue. Kenapa ya cewek-cewek suka banget belanja baju mahal. Padahal nggak bakal kepake lama," Arga berbicara sambil melihat-lihat beberapa jenis baju dengan harga yang mahal.
"Udah deh, dari pada lo terus ngomong, mending sana lihat-lihat kaos cowok. Bagus tuh kayaknya," ujar Anara.
Arga menghela nafasnya berat. Memberi nasihat pada batu memang sangat susah. Cowok itu lebih memilih menghampiri Anara dan mengikutinya dari belakang. "Bukannya lo udah punya modelan kayak gini di lemari?" Arga bertanya, cowok itu mengerutkan keningnya. Anara tidak menoleh kebelakang dan masih sibuk memilih cardigan mana yang harus ia beli.
"Iya, tapi kan beda lagi."
"Orang jaman sekarang selalu berbuat seenaknya. Nggak pernah mikir gimana susahnya orang tua cari duit buat cukupin keperluan anaknya. Banting tulang sampai larut malam, relain begadang buat beresin kerjaan. Tapi anaknya nggak tahu diri dan hamburin uangnya. Mereka nggak pernah lihat perjuangan orangtuanya buat dapatin uang itu sesusah apa. Cari kerjaan sana sini tapi nggak diterima, buat anaknya supaya tercukupi." Anara berhenti berjalan, bahu cewek itu seketika melemas mendengar ucapan Arga yang tiba tiba berubah menjadi bijak.
"Lo lihat nggak anak kecil yang ada diparkiran tadi?" Anara mengangguk dan mendengarkan Arga dengan teliti. Mereka berdua saat ini seperti anak yang sedang diberi nasihat oleh bapaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Mine! [HIATUS]
مغامرة[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Kita tidak bisa memilih kepada siapa hati kita akan berlabuh. Seperti Anara yang ditakdirkan untuk melabuhkan cintanya pada lelaki yang berstatus menjadi kakaknya itu. Anara sebetulnya tidak pernah menyangka dirinya me...