Bagian 1: Bingung

2.4K 218 13
                                    

Suasana tegang menyelimuti kamar cowok itu. Cowok yang menggunakan kaos hitam dilapisi jaket jeans itu terus saja bergelut dengan apa yang tadi adiknya ucapkan.

Arga sebetulnya tidak pernah menyangka cewek yang berstatus sebagai adiknya itu menyimpan perasaan padanya. Apalagi, tidak ada perlakuan Anara yang membuat Arga yakin dia mencintainya.
Hari-hari sebelumnya, Anara tampak cuek dan tidak banyak bicara jika bertemu Arga. Bahkan cewek itu terasa sedikit menghindar. Tidak seperti biasanya yang selalu ceria, serta membuat Arga gila dengan loluconnya yang selalu lucu.

Pikiran Arga mencerna ucapan Anara. Tadi siang, cewek itu mengungkapkan apa yang disembunyikannya selama sebulan ini. Perasaan aneh yang akhir-akhir ini menyelimuti pikiran Anara.

Arga menatap foto yang tertempel didinding kamarnya itu. Memeperlihatkan dua manusia yang sedang berpelukan dengan wajah tersenyum. Foto yang diambil dua tahun lalu, disaat Arga mendapat juara futsal.

Gue tau kita adik kakak, tapi kita gak bisa milih mau suka sama siapa kan? Gue gak bisa paksa perasaan ini tumbuh, Ga. Ucapan itu terus saja berputar dikepala Arga, membuat dirinya frustasi dan tidak tau harus melalukan apa.
Arga membenturkan kepalanya kedinding, dirinya sudah tidak waras sekarang. Sejak kejadian beberapa jam lalu, cowok itu menjadi gila.

Bagaimana bisa Anara mencintainya? Orang yang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi saudara kandungnya itu ternyata menyimpan perasaan padanya. Apa bisa mereka bersatu? Tentu saja tidak mungkin.

Perut Arga meracau karna sejak tadi pagi dia tidak makan. Cowok itu melihat kearah nakas, biasanya Anara selalu mengantarkan cemilan kekamarnya, tapi tidak hari ini.

Arga dengan beraninya mencoba untuk turun. Kakinya melangkah menuju lantai bawah. Dari atas, terlihat Anara sedang menonton tv.
Arga mengurungkan niatnya untuk mencari makanan kedapur. Dia rela menahan rasa laparnya demi tidak bertemu Anara. Bukan apa-apa, hanya saja Arga canggung untuk bertemu tatap dengan Adiknya, setelah apa yang dia ucapkan tadi siang.

Anara yang menyadari kehadiran kakaknya itu menoleh keatas. Dia hanya menatap cowok itu sekilas, lalu matanya kembali fokus pada layar telvisi.

Arga kembali kekamar, cowok itu menatap jam dinding putih yang menempel didinding kamarnya sudah menunjukan pukul empat sore. Sesuai apa yang tadi Anara katakan, cowok itu harus menjawab pertanyaan gila Anara. Tepat pukul lima sore, Arga harus segera memutuskan pilihannya dan menjawab pertanyaan Anara. Tetang, dia mau atau tidak untuk berpacaran dengannya, dengan adiknya sendiri.

Anara memang sudah gila. Ini adalah hal tergila yang dia lakukan. Tapi ini adalah takdir Tuhan, ia sudah merencanakan hal ini. Lagi pula, kita tidak bisa memilih pada siapa hati kita berlabuh kan? Sama seperti Anara yang melabuhkan hatinya pada Arga, kakaknya sendiri.

Sebelumnya, tidak ada perasaan aneh yang Anara rasakan saat bertemu dengan kakaknya. Tapi seiring berjalannya waktu, Anara rasa ada yang aneh ketika dia menatap, berbicara, bahkan bertemu dengan kakaknya. Anara juga merasakan cemburu ketika Arga curhat tentang kisah asmaranya. Hingga suatu hari, Anara benar-benar tidak bisa menahan perasaannya dan berfikir bahwa siap atau tidak, Arga harus tau tentang ini.
Itulah mengapa tadi siang dia berani mengungkapkan perasaanya pada Arga. Urusan diterima atau tidak, itu belakangan. Anara juga tidak mau berpacaran dengan kakaknya, dia tau siapa dirinya. Anara hanya berusaha untuk mengungkapkan saja.

Arga kembali terdiam dibalik kamar. Pintu putih itu sengaja tidak dia tutup. Mata Arga menatap ponsel hitam miliknya. Dia membuka galeri dan menemukan fotonya bersama Anara yang diambil kemarin.

My Brother Is Mine! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang